KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu Kerajaan bercorak Hindu Buddha yang pernah berdiri di Indonesia. Kerajaan ini dipercaya telah ada sejak tahun 671 Masehi (M).
Kemunduran kerajaan maritim yang sempat menguasai wilayah Asia Tenggara ini berkaitan erat dengan Kerajaan Malayu.
Dilansir dari "Kerajaan Sriwijaya: Pusat Pemerintahan dan Perkembangannya" karya Nia Kurnia Sholihat Irfan, Kerajaan Sriwijaya awalnya diduga sebagai negeri bawahan Kerajaan Malayu yang memerdekan diri.
Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?
Kerajaan Malayu diketahui berdiri jauh sebelum Sriwijaya. Hal ini diketahui dari catatan "Hsin-Tang-shu".
Dalam catatan tersebut, dinyatakan bahwa utusan Mo-lo-yu (Malayu) datang ke istana China pada tahun 644-645 M. Sedangkan perwakilan Shih-li-fo-shis (Sriwijaya) baru datang untuk pertama kalinya pada tahun 670.
Malayu dipercaya memiliki kekuasaan atas Selat Malaka yang menjadi tempat persinggahan utama dalam jalur pelayaran dan perdagangan antara India dan Cina.
Kekuasaan atas Selat Malaka inilah yang diduga menjadi alasan Kerajaan Sriwijaya berusaha keras untuk menaklukkan Malayu.
Berdasarkan catatan I-tsing, Sriwijaya berhasil menguasai Malayu pada tahun 685 M. Ia mengatakan bahwa Malayu saat itu telah menjadi bagian dari Sriwijaya.
Meski tak diketahui secara pasti kapan penaklukan tersebut dilakukan, namun sejak saat itu, Malayu diketahui menjadi kekuasaan Sriwijaya selama berabad-abad.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Selat Malaka berperan penting dalam perdagangan internasional. Tak hanya itu, selat yang terletak di antara Semenanjung Malaysia dan Pulau Sumatera ini menjadi jalur perdagangan yang dilewati oleh kapal-kapal negara lain.
Mengutip website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Selat Malaka merupakan jalur utama yang menghubungkan negara bagian barat dengan negara bagian timur.
Pada masa Kerajaan Sriwijaya, disebut ada banyak pelabuhan yang bergantung pada Selat Malaka. Salah satunya adalah India.
Sebagai penguasa wilayah Selat Malaka, Sriwijaya menerapkan pajak terhadap pedagang-pedagang yang melewati selat tersebut. Bahkan beberapa menyebut bahwa pajak yang ditarik oleh Kerajaan Sriwijaya pada saat itu cukup tinggi.
Tak mengherankan jika Selat Malaka memiliki peran besar dalam sektor perekonomian kerajaan.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Dikutip dari "Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia" karya Anton Dwilaksana, pajak tinggi yang dikenakan oleh Kerajaan Sriwijaya pada kapal-kapal pedagang di Selat Malaka ternyata memicu konflik.