KOMPAS.com - Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet tengah viral di berbagai media sosial, terutama TikTok.
Lagu ini menjadi sorotan karena nada dan liriknya yang mudah nempel di telinga.
Baca juga: Joko Tingkir Ngombe Dawet
Namun sebagian masyarakat justru menganggap penggunaan nama "Joko Tingkir" dalam judul dan lirik lagu tidak sopan.
Sebab, Joko Tingkir dianggap sebagai tokoh yang berjasa dan dihormati oleh masyarakat Jawa. Lantas, siapa sebenarnya Joko Tingkir ini?
Guru Besar Universitas Sebelas Maret (UNS) Profesor Bani Sudardi menjelaskan, Joko Tingkir atau Jaka Tingkir bukanlah nama yang sesungguhnya.
Baca juga: 5 Tempat Wisata yang Punya Mitos Bisa Buat Hubungan Asmara Kandas
Joko Tingkir adalah sebuah gelar yang dimiliki oleh seorang pria bernama asli Mas Karebet, karena dirinya pernah menjadi anak angkat dari Ki Ageng Tingkir.
"Tingkir adalah nama sebuah wilayah yang saat ini masuk dalam Kabupaten Salatiga. Jadi nama Jaka Tingkir (ejaan aslinya) itu berarti pemuda dari wilayah atau Desa Tingkir," terang Bani kepada Kompas.com, Minggu (21/08/2022).
Joko Tingkir kemudian mengabdi di Kesultanan Demak. Akibat kesuksesannya saat mengabdi, Joko Tingkir pun diangkat menjadi menantu Sultan Trenggana. Itulah mengapa Joko Tingkir masih termasuk keluarga Kesultanan Demak.
Bani melanjutkan, ketika terjadi perebutan kekuasaan di Kesultanan Demak, Joko Tingkir kemudian dapat memenangkannya sehingga ia menjadi Sultan di daerah Pajang, yang saat ini merupakan sebuah Kelurahan di Surakarta (Solo).
"Jaka Tingkir kemudian menjadi Sultan dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Di dalam masyarakat Jawa, Jaka Tingkir termasuk tokoh yang dihormati karena beliau adalah seorang yang sakti dan bijaksana," tutur Bani.
Baca juga: Sumur Barhout di Yaman, Mitos Penjara Jin hingga Gerbang Neraka
Adapun kesaktian Joko Tingkir tampak ketika dirinya bisa melompati kolam Masjid Demak secara mundur. Bahkan, konon ia juga bisa membunuh seekor kerbau menggunakan tangannya dengan cara ditempeleng dan menaklukkan 40 ekor buaya di sebuah sungai yang bernama Kedhung Srengenge.
Selain sakti, Joko Tingkir juga terkenal dengan kebijaksanaannya. Hal itu tampak ketika ia hendak dibunuh oleh utusan Arya Penangsang.
Setelah berhasil menangkap para utusan tersebut, bukannya membunuh mereka, Joko Tingkir justru memberikan hadiah dan pakaian. Lalu menyuruh para utusan untuk pulang dengan baik-baik.
"Kebijaksanaan lain Jaka Tingkir yaitu ketika terjadi perselisihan perebutan kekuasaan antara Pajang dan Mataram. Joko Tingkir mengalah tidak memerangi Pajang dan pulang kembali ke istananya," tutur Bani.
Baca juga: Curug Pangeran Bogor, Antara Mitos dan Kesegaran Air Terjun di Gunung Bunder
Joko Tingkir juga berpesan kepada anaknya, Pangeran Benawa, untuk tidak menjadi raja serta merelakan yang menjadi raja adalah Panembahan Senapati.
Dalam tata budaya Jawa, nama Jaka Tingkir atau Joko Tingkir dinilai perlu dijaga dan disebutkan secara hormat. Sebab, Joko Tingkir adalah salah satu dari sultan yang pernah berkuasa di tanah Jawa ini.
Baca juga: 5 Mitos Tempat Wisata di Indonesia, Jangan Nekat Dilanggar
Sedangkan untuk penggunaan nama, Joko Tingkir dalam lirik lagu "Joko Tingkir Ngombe Dawet" menurut Bani bisa diganti dengan beberapa alternatif.
"Sebutan itu misalnya bisa diganti dengan "pergi ke Tingkir ngombe dawet" sehingga tidak menyebut nama tokoh tertentu," kata dia.
View this post on Instagram
Bani menambahkan, hingga saat ini garis keturunan (trah) Joko Tingkir masih tetap eksis. Salah satunya adalah Presiden keempat Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang disebut sebagai cucu generasi keenam dari Joko Tingkir.
"Saya kira, menggunakan namanya sebagai bagian dari lagu perlu meminta izin dari trah Jaka Tingkir agar tidak terjadi salah paham dan saling menghormati antar sesama tokoh," pungkas Bani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.