Pantai Sembilan berlokasi di Pulau Giligenting, Desa Bringsang, Sumenep. Di Pantai Sembilan, ada beragam wahana air yang bisa dicoba, seperti banana boat, kano, hingga snorkeling.
"Kalau malam hari cahaya lampu terang benderang sehingga siang malam tetap bisa di nikmati suasananya, ada cottage juga," kata Ketua BumDes Serunai Jingga, Ari, kepada Kompas.com, Jumat.
Baca juga: 7 Mal Luas dan Mewah di Jawa Timur, Ada yang Terbesar di Indonesia
Meski bisa pulang hari, Ari menyarankan wisatawan untuk menginap di homestay kawasan Pantai Sembilan.
Selain menikmati suasana malam, di dekat pantai juga terdapat obyek wisata lain, yakni Desa Gedungan, yang tidak kalah mempesona.
Karena masih perawan, belum ada biaya retribusi masuk ke kawasan tersebut karena belum terkelola.
Jika datang dari kota Sumenep, akses masuknya bisa menuju Pelabuhan Tanjung. Kemudian, kamu bisa menyeberang ke Pelabuhan Desa Bringsang.
Baca juga: 10 Wisata Alam Malang, Surga Tersembunyi di Jawa Timur
Pantai Sembilan ada di sebelah pelabuhan dan hanya berjarak sekitar 350 meter sehingga bisa ditempuh berjalan kaki.
Adapun retribusi biaya tiket masuk ke Pantai Sembilan adalah sebesar Rp 15.000, ditambah biaya penyeberangan dari Pelabuhan Tanjung ke pelabuhan Desa Bringsang sebesar Rp 15.000.
Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Madura adalah keris yang dibuat di Desa Aeng Tong-tong di Sumenep, Jawa Timur.
Melansir Kompas.com, Rabu (25/05/2022) pada tahun 2014, Desa Aeng Tong-tong dinobatkan oleh UNESCO sebagai satu-satunya desa wisata dengan empu keris terbanyak di dunia.
Desa Wisata ini memiliki galeri khusus keris yang menjadi ruang untuk menampilkan produk-produk keris.
Baca juga: Keris dari Desa Aeng Tong-tong Jadi Suvenir Side Event G20
Di sana juga ditampilkan keris para leluhur yang telah berusia 300 tahun. Galeri itu pun menjadi tempat berkumpulnya para empu, kolektor, hingga pemerhati keris.
Di Desa Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris.
Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional, seperti saronen dan macopat.
Gili Iyang merupakan pulau dengan kadar oksigen tertinggi kedua di dunia, setelah Jordania.
Seperti dikutip dari Indonesia.go.id, penelitian Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) tentang kualitas udara di Pulau Gili Iyang pada 2006 menemukan bahwa dari 17 titik yang diuji, kadar oksigennya adalah 20,9 persen.
Persentase tersebut ternyata lebih baik dari kondisi udara di daerah-daerah lain di Indonesia. Apalagi, kandungan zat pencemar udara di pulau tersebut relatif sangat rendah.
Baca juga: Melancong ke Gili Iyang, Pulau Awet Muda di Sumenep
Dikutip dari Kompas.com (22/05/2021), untuk mencapainya, pengunjung bisa menumpang taksi laut, sebutan masyarakat Dungkek untuk moda transportasi perahu kayu bermesin.
Untuk menyebrang ke Gili Iyang, pengunjung harus pergi ke Pelabuhan Penyebetangan Dungkek terlebih dahulu, kemudian menyebrang dengan durasi perjalanan laut sekitar 30-40 menit, tergantung kondisi cuaca.