KOMPAS.com - Masyarakat Betawi memiliki sejumlah tradisi sebelum puasa atau Ramadhan. Tradisi tersebut menjadi kearifan lokal yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Biasanya, masyarakat Betawi melaksanakan tradisi sebelum puasa itu bersama keluarga. Tradisi itu pada umumnya dilaksanakan seminggu hingga satu hari sebelum Ramadhan.
Baca juga: 12 Tradisi Sebelum Puasa di Jawa, Padusan hingga Megengan
Baca juga: Apa Itu Munggahan? Tradisi Sebelum Puasa di Sunda
Lantas, apa saja tradisi Betawi sebelum puasa? Berikut ulasannya seperti dihimpun Kompas.com.
Nyorog merupakan tradisi Betawi sebelum puasa yang diperkirakan sudah ada sejak 1800-an, seperti dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Tradisi ini dilakukan dengan cara berbagi bingkisan makanan ke sanak saudara dan keluarga yang tinggalnya berjauhan
Sebab, masyarakat Betawi pada zaman dulu memiliki tempat tinggal yang berjauhan antara satu dengan yang lainnya karena dibatasi hutan dan kebun.
Tradisi ini mulanya diperkenalkan para wali saat menyebarkan ajaran Islam. Selain menyambut puasa, tradisi nyorog juga dilakukan saat Idul Fitri dan upacara pernikahan.
Baca juga: Pengalaman Puasa di London, Ada Bukber di Lokasi Ikonik
Selain masyarakat Betawi, tradisi munggahan juga dikenal di kalangan masyarakat muslim Sunda.
Melansir dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, munggahan berasal dari bahasa Sunda munggah, yang artinya naik secara harfiah, atau bermakna naik ke bulan suci yang derajatnya lebih tinggi.
Mengutip dari Tribun Jabar, munggahan merupakan wujud rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT dan upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk selama setahun ke belakang.
Baca juga: Cerita Puasa di Hsinchu Taiwan, Ada Komunitas Muslim Kecil yang Solid
Munggahan juga bertujuan agar masyarakat terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ada beragam kegiatan dalam tradisi munggahan, seperti berkumpul bersama keluarga, makan bersama, saling bermaaf-maafan, dan berdoa bersama.
Selain itu, sebagian umat Islam mengunjungi tempat wisata bersama keluarga, berziarah ke makam keluarga, atau mengamalkan sedekah munggah, yakni sedekah sehari sebelum puasa Ramadhan.
View this post on Instagram
Tradisi Betawi sebelum puasa selanjutnya adalah ruwahan atau rowahan. Mengutip laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bekasi, tradisi ruwahan berupa penutupan pengajian dan persiapan menuju Ramadhan.
Dalam ruwahan, biasanya satu keluarga berkumpul lalu membaca surat Yasin bersama ditambah tahlil dan shalawat kepada Nabi Muhamad SAW.
Setelah itu, acara ditutup dengan makan bersama dengan makanan khas Betawi, seperti ketupat sayur, semur, asinan, dan kue-kue kecil. Sebagian masyarakat Betawi juga mengartikan ruwahan sebagai kegiatan sedekah.
Baca juga: Cerita Ramadhan dari Belanda, Puasa yang Panjang dan Rindu Berburu Takjil
Misalnya, dalam ruwahan, masyarakat Betawi mengundang tetangga-tetangga terdekat, lalu memberikan sembako untuk persiapan Ramadhan.
Ruwahan bermakna bentuk rasa syukur atas rezeki dari Allah SWT sekaligus momentum untuk mendoakan keluarga atau sanak saudara yang telah meninggal.
Tradisi nyekar merupakan kegiatan ziarah, mendoakan orang tua, keluarga, atau sanak saudara yang telah wafat, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta.
Tak hanya masyarakat Betawi, budaya nyekar juga dilakukan mayoritas umat muslim di Indonesia sebelum memasuki Ramadhan. Di berbagai daerah, tradisi ini disebut dengan sadranan atau nyadran.
Selain berdoa, peziarah juga datang membawa bunga melati, mawar, air mawar untuk ditaburkan ke tanah makam.
Baca juga: Cerita WNI Berpuasa di New York AS, Durasi Puasa Bisa Berubah-ubah
Tradisi ini telah populer sejak 1950-an, seperti dikutip dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta.
Dalam tradisi ini, masyarakat Betawi akan memadati bantaran sungai menjelang Ramadhan untuk melakukan keramas massal menggunakan merang.
Merang merupakan bekas tangkai padi kering yang dibakar, lalu direndam. Bahan tradisional tersebut digunakan sebagai pengganti sabun dan sampo.
Baca juga: Cerita Puasa di Mekkah, Ada Tradisi Bergadang hingga Sahur
Tradisi merang dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Tradisi merang bermakna membersihkan diri dan hati menjelang Ramadhan.
Namun, berbeda dengan tradisi lainnya yang masih dilestarikan, tradisi merang mulai ditinggalkan masyarakat Betawi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.