Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Museum Kereta Api di Indonesia, Ada Lawang Sewu 

Kompas.com - 13/07/2023, 22:40 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Sejarah perkeretaapian di Indonesia menarik untuk diketahui. Salah satu lokasi untuk mengetahui sejarah perkeretaapian di Indonesia adalah museum kereta api.

Vice President Public Relations  PT KAI (Persero), Joni Martinus mengatakan, di berbagai kota di Indonesia terdapat museum kereta api yang mengungkapkan asal-usul dan perkembangan perkeretaapian Tanah Air.

“Museum-museum ini menjadi tempat yang tepat untuk mengenal lebih dalam tentang peninggalan sejarah kereta api, berbagai koleksi yang unik, serta informasi menarik lainnya,” ujarnya melalui keterangan resmi, dikutip Kompas.com, Kamis (13/7/2023).

Baca juga:

Berikut empat museum kereta api di Indonesia yang dikelola langsung oleh PT KAI (Persero), seperti dikutip dari keterangan resminya.  Selain rekreasi, pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan baru mengenai seluk beluk perkeretaapian di Indonesia.

1. Museum Ambarawa

Museum Kereta Api AmbarawaKOMPAS.com/KAI Daop 4 Semarang Museum Kereta Api Ambarawa

Museum Ambarawa mulanya adalah stasiun yang bernama Stasiun Willem I, lantaran lokasinya tidak jauh dari Benteng Willem I. Stasiun ini dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang diresmikan pada 21 Mei 1873 bersamaan pembukaan lintas Kedungjati-Ambarawa.

Lokasinya berada di Jalan Stasiun Nomor 1, Panjang Kidul, Panjang, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Pada awal pengoperasiannya, Stasiun Willem I digunakan sebagai sarana pengangkutan komoditas ekspor dan transportasi militer di sekitar Jawa Tengah. Setelah nonaktif pada 1976, Stasiun Ambarawa dicanangkan sebagai museum kereta api oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, Supardjo Rustam.

Kini, Museum Ambarawa menampilkan koleksi perekeretaapian dari masa Hindia Belanda hingga pra kemerdekaan RI. Beberapa koleksi Museum Ambarawa antara lain, 26 lokomotif uap, 4 lokomotif diesel, 5 kereta, dan 6 gerbong dari berbagai daerah.

Kamu juga dapat menikmati perjalanan wisata dengan menaiki Kereta Api Wisata relasi Ambarawa-Tuntang (pp) dengan lokomotif uap maupun kereta diesel vintage. Selain itu terdapat rute kereta Api Wisata Ambarawa-Jambu-Bedono (pp) yang menggunakan lokomotif uap bergigi untuk melewati rel bergerigi satu-satunya yang masih aktif di Indonesia.

Baca juga:

2. Museum Kereta Api Sawahlunto

Museum Kereta Api Sawahlunto, Sumatera BaratDok. KAI Heritage Museum Kereta Api Sawahlunto, Sumatera Barat

Museum Kereta Api Sawahlunto berlokasi di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Museum ini menampilkan koleksi sejarah dan warisan perkeretaapian yang berhubungan dengan pertambangan batu bara di daerah tersebut.

Pembangunan jalur kereta api di Sumatera Barat adalah sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto. Demi menjangkau lokasi pertambangan batu bara Sawahlunto, pembangunan jalur kereta api dibangun melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai Lunto sepanjang 30 meter.

Pada  1 Januari 1894 jalur tersebut dibuka bersamaan peresmian Stasiun Sawahlunto. Sayangnya, pada akhir 2000-an, produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang.

Secara otomatis aktifitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas. Sebagai upaya melestarikan Stasiun Sawahlunto, KAI dan pemerintahan Kota Sawahlunto memanfaatkan Stasiun Sawahlunto sebagai museum.

Museum Sawahlunto diresmikan pada 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Salah satu koleksi Museum Sawahlunto yang terkenal adalah Lokomotif Uap bergigi E1060 atau lebih dikenal dengan sebutan Mak Itam.

Menariknya, pengunjung Museum Kereta Api Sawahlunto  bisa mencoba sensasi berwisata menggunakan kereta api Mak Itam ini, lho.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com