Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Taman Nasional Bunaken, Surga Para Penyelam

Kompas.com - 20/08/2023, 21:10 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS. com - Pencinta keindahan bawah laut belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara. 

Indonesia sebagai negara beriklim tropis memiliki keberagaman flora dan fauna yang begitu bervariasi.

Kekayaan flora dan fauna tersebut tersebar di seluruh Indonesia dan kita bisa menemuinya dengan berkunjung ke taman nasional, termasuk Taman Nasional Bunaken.

Baca juga: 10 Geopark Indonesia yang Diakui UNESCO

Berikut Kompas.com rangkum sejumlah fakta tentang Taman Nasional Bunaken. Sebelum mengunjunginya, jangan lupa untuk mengenalnya terlebih dahulu.

Fakta Taman Nasional Bunaken

1. Kawasan konservasi sejak 1991

Taman Nasional Bunaken ditetapkan sebagai kawasan konservasi oleh Kementerian Kehutanan pada 1991, seperti dikutip dari situs Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Wilayah Taman Nasional Bunaken terdiri dari perairan, pesisir daratan, dan pulau-pulau, serta memiliki iklim basah tropis khatulistiwa. 

Baca juga: Festival Bunaken Digelar 2-4 November, Bisa Lihat Parade Katinting

Pada ujung barat terdapat Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Nain, dan Pulau Mantehage.

Sedangkan di sebelah utara terdapat Tanjung Pisok, yang terbentuk dari batu gamping asal terumbu karang.

Adapun pada sebelah kiri kawasan terdapat Pulau Manado Tua.

2. Rumah bagi ribuan spesies

Dikutip dari situs Indonesia Travel yang dikelola Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, taman nasional ini memiliki luas 8,08 kilometer persegi yang berlokasi di Teluk Manado di utara Pulau Sulawesi.

Dikutip dari situs UNESCO, kedalaman laut antara pulau-pulau di Taman Nasional Bunaken adalah sekitar 200-1.840 meter. 

Baca juga: 10 Tempat Wisata Manado dan Sekitarnya Selain Bunaken

Taman nasional ini adalah rumah bagi setidaknya 390 spesies terumbu karang dan hewan laut, seperti penyu sisik.

Dikutip dari Kompas.com, Taman Nasional Bunaken jiga meripakan habitat bagi sekitar 3.000 jenis ikan, seperti ekor kuning dan gorapa, serta beragam ikan jenis emperor angelfish, almaco jack, spotted seahorse, dan blue stries naper.

Biodiversitasnya disebut sebagai yang tertinggi di dunia. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

 

3. Surga bagi para penyelam

Destinasi ini sudah dikenal luas sebagai surga para penyelam karena memiliki alam bawah laut yang mempesona.

Ilustrasi seorang pria tengah snorkeling di lautan jernih dengan terumbu karang indah di Bunaken.(SHUTTERSTOCK/SOFT_LIGHT) Ilustrasi seorang pria tengah snorkeling di lautan jernih dengan terumbu karang indah di Bunaken.

Di hamparan Pulau Bunaken, terdapat cekungan yang terbentuk ketika pembentukan gunung api di Rataan Minahasa, sehingga menciptakan keindahan bawah laut yang mengagumkan. 

Itulah mengapa, aktivitas menyelam menjadi daya tarik utama wisata di taman nasional ini. 

Baca juga: Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyelam di Laut?

Berwisata selam scuba atau scuba diving, menjadi salah satu daya tarik TN Bunaken. 

Setidaknya ada empat spot menyelam populer di Bunaken, yakni Malcolm, Bethlehem, Emma Point, dan Rumah Ikan. 

Adapun Emma Point dan Rumah Ikan juga ramai dikunjungi oleh wisatawan yang datang untuk snorkeling. 

4. Bisa diselami sepanjang tahun

Sebetulnya, wisatawan bisa menyelam kapan saja di sepanjang tahun. Namun, Juni hingga Agustus disebut waktu terbaik untuk menyelami Bunaken.

Hal itu dikatakan karena visibility atau jarak pandang dan cuacanya terbilang mendukung pada waktu tersebut. 

Baca juga: 25 Tempat Wisata Manado dan Sekitarnya yang Wajib Dikunjungi

Selain itu, pada periode tersebut ombak dan arus juga relatif tenang. 

5. Cagar biosfir UNESCO

Dikutip dari situs Kementerian Luar Negeri, Bunaken menjadi salah satu dari tiga cagar biosfir Indonesia yang diakui UNESCO (UNESCO Biosphere Reserves)

Penetapan dilakukan melalui sidang internasional Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme (ICC MAB) sesi ke-32 pada 27 dan 28 Oktober 2020.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com