Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2023, 10:16 WIB
Rosyid A Azhar ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.comMandi Safar merupakan salah satu dari lima budaya Masyarakat Gorontalo yang baru ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Empat warisan budaya takbenda asal Gorontalo lainnya adalah wolimomo, paluwala/makuta, molunggelo, dan tidi lo bituo.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo Rusli Nusi menjelaskan, mandi safar merupakan upaya spiritual untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yang dilakukan sebagai ritual oleh sebagian masyarakat muslim di Gorontalo Utara (Gorut).

“Tradisi Mandi Safar di Gorontalo Utara puncaknya biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tradisi ini dipimpin oleh seorang tokoh adat, dengan melakukan semacam ritual menggunakan daun andong (tabongo) yang digunakan warga saat mencebur ke sungai,” kata Rusli Nusi, Selasa (5/9/2023).

Baca juga: Lima Budaya Gorontalo Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Ia menambahkan, sejarah mandi safar dapat ditelusuri dari zaman Nabi Muhammad SAW. Sebab pada zaman tersebut, kata dia, bulan Safar dianggap sebagai bulan yang penuh dengan ujian dan bencana.

Mandi safar diyakini sebagian masyarakat sebagai salah satu ritual yang dapat menghindarkan manusia dari berbagai macam bala, bencana, dan penyakit serta menyelamatkan manusia dari fitnah (siksa) dajjal.

Adapun budaya Gorontalo sangat identik dengan budaya Islam sejak masa pemerintahan Sultan Eyato. Sejak saat itu pula, penanggalan Gorontalo juga berlandaskan penanggalan bulan Hijriah.

"Dengan demikian mandi safar ini merupakan ritual yang secara turun temurun telah dilaksanakan termasuk masyarakat di Gorontalo sebagai bagian dari upaya untuk menghindarkan diri dari bala dan bencana,” tutur Rusli Nusi.

Baca juga: 4 Wisata Favorit di Gorontalo, Ada Terumbu Karang Bentuk Kepala Manusia

Diselenggarakan satu tahun sekali

Mandi Safar rutin diselenggarakan satu tahun sekali baik di sungai maupun pantai dan selalu dinanti, tak hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga luar daerah.

Sebelumnya ritual ini hanya dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat yang tinggal di pesisir sungai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com