KOMPAS.com – Memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober setiap tahunnya, bisa dilakukan dengan mengunjungi sentra pembuatan batik, seperti di kampung batik.
Berbicara soal kampung batik, salah satu yang terkenal ada di Kota Solo, Jawa Tengah, yakni Kampung Batik Laweyan.
Namun, ternyata Jakarta sebenarnya juga pernah punya kampung batik, yakni Kampung Batik Palbatu.
Baca juga: Hari Batik Nasional 2 Oktober 2023, Museum Batik Indonesia di TMII Diresmikan
Lokasi Kampung Batik Palbatu, dulunya berada di Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Kota Jakarta Selatan.
Sayangnya, kini tak ada lagi Kampung Batik Palbatu saat kita mencarinya di aplikasi peta, seperti Google Maps.
Sempat melakukan riset sekilas sebelum mampir ke lokasi, Kompas.com sempat sedikit kecewa karena tidak menemukan suasana sesuai ekspektasi.
Jika menelusuri pemberitaan di sejumlah media massa, kita mungkin akan membayangkan suasana kampung batik seperti Kampung Batik Kauman di Solo atau Kampung Batik Giriloyo di Yogyakarta.
Baca juga: Ekspor Batik Belum Signifikan, Menparekraf Dorong Peningkatan 30 Persen
Namun, ketika menanyakan pada beberapa warga setempat, mereka justru tidak tahu soal lokasi yang disebut "kampung batik" tersebut.
Kami pun terus menyusurinya di tengah cuaca terik pada Senin (2/10/2023) siang.
Kini apabila kita mencari Kampung Batik Palbatu di Google Maps, maka yang muncul adalah Rumah Batik Palbatu.
Lantas, mengapa hal itu bisa terjadi?
Menurut Founder Kampung Batik Palbatu bernama Budi Dwi Harryanto, ia dan almarhum ayahnya, yakni Iwan Budi Darmawan, memang pernah membuat Kampung Batik Palbatu.
Mereka bersama warga sekitar membuat Kampung Batik Palbatu pada 21-22 Mei 2011. Saat itu, pihaknya menggelar event Kampung Batik Palbatu.
Baca juga: Hari Batik Nasional, Ini 4 Tempat Belajar Membatik di Jakarta
“Dan 22 Mei 2011, kita canangkan sebagai Kampung Batik Palbatu bersama teman-teman pebatik yang kami undang,” ujar Budi kepada Kompas.com di lokasi.
Ia melanjutkan, saat itu ada sekitar 20 pebatik yang datang ke Jakarta untuk menjual dan memamerkan produk mereka di rumah-rumah warga Palbatu, seperti konsepnya sebuah kampung.
Pihak Budi berharap Kampung Batik Palbatu bisa melestarikan batik secara lebih nyata, bisa mengangkat nilai ekonomi untuk lingkungan, juga bisa ikut banyak hal dalam melakukan kegiatan membatik, yakni memperkenalkan proses membatik.
Dalam perjalanannya setelah dideklarasikan, pihaknya dan beberapa penggerak, khususnya warga Palbatu, merasa tidak dapat dukungan dari pihak pemerintah maupun penguasa lingkungan.
“Mungkin saya yang tidak pandai berkomunikasi dengan mereka, atau mungkin mereka butuh ‘feedback’ langsung yang secara instansi,” tutur Budi.
Baca juga: 5 Kota Batik di Indonesia, Di Mana Saja?
Saat itu, tidak ada fasilitas penunjang wisata yang disediakan pihak pemerintah.
Padahal, banyak warga yang merasa mau melakukan kegiatan membatik di lingkungan, yakni membuat usaha batik atau ikut melestarikan batik. Pengunjung pun banyak, termasuk wisatawan mancanegara.
Bahkan, Kampung Batik Palbatu dulu pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Kenapa tidak dicanangkan jadi salah satu tempat alternatif orang belajar batik dengan pemerintah, belajar dengan kami (seperti di Solo dan Yogyakarta)?” ujar Budi.
Pada tahun 2012, pihaknya secara mandiri juga sudah mengecat tembok-tembok dengan motif batik.
"Itu mandiri, inisiasi saya dengan teman-teman. Turun ke lapangan mengecat. Bahkan keluar biaya pun tidak apa-apa, yang penting rumah warga itu dicat agar kelihatan besih indah dan bagus,” sambung Budi.
Kini, tembok-tembok yang dicat tadi masih ada, tetapi masih sedikit karena tanpa dukungan, pihaknya tidak mampu merawat dan mengembangkannya.
Baca juga: Jelang Hari Batik Nasional, Kunjungi 8 Museum Batik di Indonesia
“Harusnya yang punya rumah, lingkungan, atau RT-nya yang membatu saya. Atau mempertahankan atau meningkatkan harusnya. Itu 2012,” sambung Budi.
Namun karena sampai 2013 tidak ada dukungan apa pun, akhirnya pihaknya mengubah Kampung Batik Palbatu menjadi Rumah Batik Palbatu, tepat pada 2 Oktober 2013.
Pengunjung masih bisa mengenal dan belajar seni batik, misal batik betawi, hingga belajar membatik, tetapi dalam skala yang lebih kecil, yakni di lingkungan rumah, bukan kampung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.