Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Valentine Identik dengan Memberi Cokelat?

Kompas.com - 12/02/2024, 11:41 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day diperingati setiap tanggal 14 Februari. Di Indonesia, Hari Kasih Sayang biasanya dirayakan dengan memberi kado kepada orang- orang terkasih.

Entah itu kepada pasangan, teman, rekan kerja, ataupun keluarga. Hadiah yang diberikan pun beragam, biasanya yang paling dominan yaitu sesuatu bertema cokelat.

Lantas, mengapa valentina identik dengan cokelat?

Baca juga: Makna Mawar Merah yang Identik dengan Hari Valentine

Dikutip dari laman CNN, keterkaitan antara valentine dan cokelat nyatanya sudah ada sejak 200 tahun yang lalu.

Faktanya, cokelat dengan cita rasa manis saat ini dulunya identik dengan rasa pahit. Pada saat itu olahan biji kakao, cabai, dan rempah disebut dengan Xocolatl atau air pahit.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas Travel (@kompas.travel)

Pada 1600-an penjelajah Eropa kemudian membawa minuman tersebut ke Spanyol, Prancis, dan Inggris. Tidak semua orang bisa menikmati cokelat kala itu, hanya kalangan penguasa.

Menurut Profesor Studi Pangan dan Sistem Pangan di Montclair State University, New Jersey, Charles Feldman, untuk menegaskan posisi penguasa yang mendominasi, cokelat kemudian dikaitkan dengan maskulinitas dan kejantanan.

Baca juga: Menyelisik Rumor Valentine Diciptakan Perusahaan Pembuat Kartu Ucapan

Hingga masa revolusi industri, cokelat diasosiasikan secara ekslusif dengan orang kaya, mengingat harganya yang mahal dan hanya bisa dijangkau okalangan atas.

Pendiri Chocolate Noise dan penulis “Bean-to-Bar Chocolate: America's Craft Chocolate Revolution" bernama Megan Giller menyebut bahwa cokelat pada masa itu identik dengan kemewahan, sehingga hanya segelintir orang yang mampu membelinya.

Ilustrasi permen cokelat valentine PIXABAY/JILL WELLINGTON Ilustrasi permen cokelat valentine

Sekitar abad ke-19, gula telah menjadi komoditas, sehingga kakao yang mulanya pahit kemudian diolah menjadi sesuatu yang manis. Sejak saat itu olahan cokelat mudah diakses oleh kalangan kelas pekerja, termasuk perempuan.

Kata Charles Feldman, kemudahan akses olahan kakao oleh perempuan, membuat konotasi cokelat yang identik dengan maskulin berubah menjadi feminin.

Baca juga: Festival Cinta 14 Februari dan 4 Kado Hari Valentine Abad Pertengahan

"Deskripsi era feminitas yaitu rasa manis, remeh, kelembutan dan kesenangan, semuanya dikaitkan dengan cokelat," kata Feldman.

Munculnya kemasan cokelat berbentuk hati

Pada 1861 seorang pembuat cokelat asal Inggris bernama Richard Cadbury mendapatkan ide untuk mengemas manisan cokelat dalam kemasan berbentuk hati.

Selain mengemas cokelat, bentuk kemasan ini juga bisa digunakan untuk menyimpan surat cinta. Sehingga menambah nilai jual cokelat pada kemasan yang melebihi fungsi aslinya.

Ilustrasi cokelat valentine.UNSPLASH/JESSICA JOHNSTON Ilustrasi cokelat valentine.

Berangkat dari sana, berbagai perusahaan cokelat kemudian mulai memproduksi kemasan cokelat dengan beragam gaya untuk menarik pelanggan.

Menurut Feldman, hadirnya beragam bentuk kemasan cokelat, kemudian memberi kesempatan kepada pria dalam memilih kotak yang tepat sebagai hadiah untuk menarik perhatian perempuan, termasuk salah satunya hadiah saat valentine.

Baca juga: Resep Cake Cokelat untuk Hari Spesial

Bahkan, tren pemberian cokelat untuk perempuan saat valentine di Jepang berhasil menggeser tradisi di sana.

Di Jepang, valentine baru mulai dirayakan sejak 1958. Dahulu, tradisinya perempuan yang memberikan cokelat kepada laki-laki. Saat ini, justru valentine identik dengan pemberian hadiah berupa cokelat dari laki-laki kepada perempuan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com