Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Menyeduh Kopi di Perkebunan Banyuwangi

Kompas.com - 16/12/2013, 15:37 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur terus berupaya menciptakan kreasi baru untuk menggenjot sektor pariwisata. Kini, kabupaten yang terletak di timur Pulau Jawa itu mengembangkan agro-tourism alias pariwisata berbasis potensi sektor agro, dalam hal ini perkebunan.

Wisata anyar itu terletak di Perkebunan Kalibendo, Desa Karanganyar, Kecamatan Licin, sekitar 20 menit dari pusat kota Banyuwangi dengan kendaraan bermotor. Jalur wisata ini dilewati saat akan menuju ke Gunung Ijen yang dikenal mempunyai kawah dengan fenomena api biru (blue fire) yang cuma ada dua di dunia, selain di Alaska.

Di belantara perkebunan yang mempunyai sekitar sejuta pohon (terdiri atas, antara lain, kopi, karet, cengkeh, dan mahoni) itu, dibikin sejumlah rute agro-tourism. Di tiap rute, alasnya adalah tanah dengan taburan kulit kopi. Untuk rute pertama, dari pintu masuk perkebunan, akan disediakan sepeda untuk menuju pos pertama yang dinamai Pondok Robusta.

"Kami bikin fun-cycling, naik sepeda yang disediakan masyarakat sehingga pendapatan masyarakat juga naik. Dengan sepeda, wisatawan menyusuri jalan sekitar satu kilometer menuju Pondok Robusta yang terletak di tengah belantara perkebunan kopi," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat melakukan uji coba rute wisata tersebut.

Di pondok itu pula, akan dipaparkan jenis-jenis kopi yang ada, termasuk cara memetik kopi dan menggorengnya. "Kopi robusta di Perkebunan Kalibendo ini termasuk salah satu yang terbaik di Indonesia," kata Direktur PT Perkebunan Kalibendo, Candra Sasmita.

PT Perkebunan Kalibendo diajak bekerja sama mengembangkan agro-tourism ini dengan melibatkan kelompok masyarakat setempat. Selain itu, di tengah hawa sejuk perkebunan di ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut, wisatawan bisa menikmati jajanan lokal, seperti pisang goreng, kacang rebus, kue cucur, dan singkong. "Wisatawan disediakan tempat untuk menggoreng sendiri," kata Anas.

Setelah menyeduh kopi dan mengudap jajanan lokal, perjalanan dilanjutkan sepanjang satu kilometer bersepeda menuju pos yang dinamai Pondok Karet, terletak persis di tengah belantara perkebunan karet. Di sini, wisatawan diberi wawasan tentang proses menyadap karet hingga diproses di pabrik, dan menjadi bahan pembuatan sepatu, ban, dan sebagainya.

"Untuk jamuannya, ada es kelapa muda dan makanan porsi agak berat berupa nasi dengan jenis masakan khas Banyuwangi, seperti nasi tempong," kata Anas.

Di tengah perkebunan karet ini pula ada atraksi seni-budaya yang akan dijadwal bergiliran, seperti tari gandrung dan kuntulan. Setelah dari Pondok Karet, rute dilanjutkan dengan berjalan kaki sambil menuntun sepeda menuju sungai dengan sumber mata air yang deras nan jernih. Ada sebanyak 145 anak tangga yang dilewati, yang di sisinya diberi informasi manfaat berjalan kaki untuk membakar kalori sehingga menyehatkan tubuh, apalagi di tengah sejuk hawa perkebunan.

Di pinggiran sungai itu wisatawan bisa membasuh diri dengan air yang sangat jernih. Disediakan pula tempat mandi, yang didesain khusus dengan peralatan serba-bambu karena tak jauh dari sana memang ada hutan bambu. Setelah sejenak menikmati segar air pegunungan, wisatawan bisa melanjutkan ke semacam tempat peristirahatan di mana mereka bisa menyesap kopi luwak dengan dikelilingi penangkaran hewan luwak.

Bagi yang tak suka kopi, minuman lain tersedia, mulai teh sampai jus buah segar. "Kami akan segera melengkapi dengan taman buah, sehingga wisatawan bisa memetik buahnya sendiri," kata Candra.

ARSIP PEMKAB BANYUWANGI Menikmati kopi dan beragam makanan serta aneka buah-buahan di Perkebunan Kali Bendo Banyuwangi, Jawa Timur.
Bupati Anas menambahkan, agro-tourism ini sekaligus menjadi wisata edukasi karena di sepanjang jalur dipaparkan informasi tentang berbagai jenis pohon yang ada.

"Agro-tourism ini tetap dalam kerangka ekowisata yang dikembangkan Banyuwangi, pariwisata yang berbasis potensi alam dan masyarakat. Partisipasi masyarakat terus didorong, bikin suvenir, ikut memproduksi makanan dan kue, atau menyewakan sepeda. Ini agar si Mamat, si Ali, Bu Siti, dan semua rakyat ikut menikmati berkah dari pengembangan pariwisata Banyuwangi yang kini semakin diminati wisatawan," ujar Anas.

Dalam waktu dekat, lanjut Anas, Pemkab Banyuwangi akan mendorong sekolah-sekolah di Banyuwangi untuk memanfaatkan education tour ini.

"Anak-anak akan kami ajak untuk memanfaatkan laboratorium biologi ini. Bila selama ini mereka hanya menghafalkan dari buku teks saja, kali ini mereka akan belajar langsung dari alam. Selain tentunya mereka akan diajak untuk melihat dari dekat kehidupan para petani kopi dan penyadap karet. Ini bukan sekadar wisata pendidikan namun akan menjadi social tour," kata Anas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Jalan Jalan
WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

Hotel Story
Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com