Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gedung M. H. Thamrin, Gudangnya Peristiwa Bersejarah

Kompas.com - 05/04/2014, 20:30 WIB
Nicky Aulia Widadio

Penulis


KOMPAS.com –
Menelisik jejak sejarah bangsa Indonesia di Jakarta tidak akan ada habisnya. Di salah satu gang jalan di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, terdapat sebuah bangunan yang menjadi saksi atas munculnya gagasan politik perjuangan bangsa Indonesia. Bangunan itu adalah Gedung Thamrin.

“Dinamai Gedung Thamrin karena memang gedung ini dulunya dimiliki oleh Mohammad Husni Thamrin,” ujar Staf Bagian Edukasi dan Pameran Museum Thamrin, Ignasius Kumin, saat ditemui Kompas Travel di Museum M.H. Thamrin, Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Awalnya, gedung yang kini menjadi Museum M.H. Thamrin ini dibangun oleh orang Belanda bernama Meneer Has. Gedung difungsikan sebagai rumah pemotongan hewan serta tempat penampungan buah-buahan dari Australia untuk didistribusikan ke instansi-instansi Belanda di Batavia. Pada 12 Maret 1927, M.H. Thamrin membeli gedung ini dari Meneer Has.

Di tahun-tahun selanjutnya, gedung ini menjadi saksi dari berbagai peristiwa bersejarah. Pada 1928, gedung ini diserahkan untuk kaum pergerakan kebangsaan yang tergabung dalam Organisasi Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Saat itu, M.H. Thamrin sedang menjabat sebagai anggota Volksraad.

“Di gedung ini para tokoh kebangsaan mengadakan rapat permufakatan dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sehingga juga dikenal dengan nama Gedung Permufakatan Indonesia,” tutur Ignasius.

Tidak banyak yang tahu, bahwa di gedung ini lahir gagasan politik perjuangan kemerdekaan Indonesia oleh pemuda pergerakan Indonesia. Konon, di gedung ini pula konsep lagu Indonesia Raya karya W.R. Supratman pertama kali diperdengarkan secara instrumental, tanpa alunan lirik.

KOMPAS.com/NICKY AULIA WIDADIO Salah satu sudut di Museum Thamrin yang menampilkan barang-barang memorabilia milik M.H. Thamrin.

Sebagai bentuk nyata perjuangan atas kesejahteraan rakyat, gedung ini juga menjadi tempat untuk menyelenggarakan gerakan pendidikan Perguruan Rakyat. Perguruan Rakyat dibentuk pada 11 Desember 1928 yang diprakarsai oleh Dr. Mr. Moh Nazief. Pada 8 Januari 1929, Perguruan Rakyat mulai membuka kursus-kursus malam hari berupa pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Tatanegara, Sejarah Indonesia, Etnologi, Kemasyarakatan, Tata Buku, mengetik, dan ceramah.

Beberapa nama besar hadir sebagai pengajar di gedung ini. Antara lain, Ki Hajar Dewantara mengajar tentang pendidikan, Dr. Sarjito mengajar tentang pemberantasan penyakit, Dr. Mr. Moh. Nazief tentang kesehatan dan jurnalistik, Dr. Purbacaraka tentang Bahasa Kawi Kawi, dan H. Agus Salim tentang Agama Islam. Salah satu mahasiswa dari Perguruan Rakyat adalah Ismail Marzuki. Di gedung ini, Ismail mengembangkan dirinya hingga menjadi seorang pemusik terkenal yang menciptakan sejumlah lagu-lagu perjuangan.

Pada 1935, gedung ini menjadi tuan rumah bagi Kongres Persatuan Arab di Indonesia. Empat tahun kemudian, pada 1939, gedung ini menjadi tempat dilaksanakannya Kongres Partai Rakyat Indonesia dan Kongres Gabungan Partai Indonesia. Baru pada 1972 gedung ini akhirnya dinobatkan sebagai bangunan sejarah yang dilindungi Undang-undang,dan pada 11 Januari 1986 diresmikan sebagai Gedung M.H. Thamrin oleh R. Soeprapto.

Kini, Gedung Thamrin telah disulap menjadi Museum Thamrin. Menyimpan segala informasi yang membuktikan bahwa ia juga berperan bagi tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com