Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksplorasi Cahaya di Helsinki

Kompas.com - 23/01/2015, 10:54 WIB
CAHAYA menjadi sesuatu yang teramat dirindukan di musim dingin. Festival Lux Helsinki di Finlandia membawa kehangatan lewat eksplorasi cahaya. Ada ”Water Light Graffiti”, ”One Minute Fame” karya Jasper Leonard Kühn dari Jerman, dan ”Enimmäkseen hyvä näkyvyys” karya Immanuel Pax dari Finland.

”Water Light Graffiti” karya Antonin Fourneau dari Perancis hanya bisa terwujud dengan adanya partisipasi penonton. Pengunjung harus menyapukan jemari atau menorehkan kuas basah ke permukaan panel yang tersusun atas ribuan lampu LED. Permukaan panel yang hitam dalam sekejap akan berubah menjadi titik-titik cahaya dengan hidupnya lampu-lampu kecil yang terkena air.

Para pengunjung, dari anak-anak hingga orang tua, dengan antusias antre untuk mencoba karya yang menggabungkan teknologi dan seni jalanan ini. Aneka bentuk dan gambar yang ditorehkan partisipan menjadi gambaran ekspresi dan koleksi karya yang terus berganti. Ketika panel kering, gambaran pun menghilang dan akan diganti dengan gambar baru yang dibuat.

Adapun dalam ”Enimmäkseen hyvä näkyvyys” yang dalam bahasa Inggrisnya berarti mostly a good visibility, para penonton menjadi bagian dari lukisan atau ”kanvas” bagi lukisan yang tampak. Penonton duduk di area tribune yang menghadap proyektor yang memproyeksikan slide bergambar lukisan tangan bergaya abstrak dengan sapuan cat warna-warni. Gambar pada slide jatuh di layar belakang penonton. Secara dua dimensi, penonton lain yang tidak terlibat dan hanya menonton orang-orang yang memakai kaca mata ini akan melihat wajah-wajah pemakai kaca mata sebagai bagian dari gambar di layar belakang.

Pada saat yang sama, para penonton yang memakai kaca mata akan melihat lukisan warna-warni yang samar. Sebagian besar penonton merasa bagaikan menyelam di kedalaman laut atau luar angkasa ketika mengenakan kaca mata ini. Tentu saja, perasaan lain bisa saja muncul mengingat pengalaman masing-masing yang sangat subyektif. Ia bisa punya perasaan, pikiran, atau kesan apa saja ketika mengenakan kacamata.

”Kacamata yang dikenakan mengontrol cahaya yang masuk ke retina mata kita. Gambar pada slide yang kita lihat lewat kacamata sama dengan lukisan yang ada di layar belakang pengguna kacamata,” kata Immanuel Pax.

Pada karya ”One Minute Fame”, seseorang harus memencet tombol dan sorotan lampu lantas mengarah kepada dirinya selama semenit, seperti seorang artis yang tengah disorot oleh lampu tunggal di atas panggung. Apa pun boleh dilakukan seseorang selama ia disorot. Bagi warga kota metropolis seperti Helsinki yang setiap hari dilanda kesibukan rutin, ”One Minute Fame” bagaikan membawa kesadaran tentang apa yang sedang dilakukan saat di bawah sorotan lampu.

Panggung raksasa

Memasuki tahun ketujuh, tempat penyelenggaraan Festival Lux Helsinki yang berlangsung 4-8 Januari ini disebar ke-17 titik dengan sebagian besar di antaranya berlokasi di sekitar Lapangan Senat. Helsinki bagaikan panggung raksasa dengan warganya yang menonton sebagai pelakon-pelakon penting di atas panggung. Mereka harus meninggalkan rasa nyaman dan hangat di ruangan agar bisa menikmati kehangatan yang ditawarkan Festival Lux Helsinki. Para seniman yang terlibat, selain berasal dari Finlandia, juga antara lain dari Jerman, Perancis, Belgia, dan Jepang. Festival cahaya semacam Lux Helsinki juga dikenal di beberapa negara Eropa lainnya serta beberapa negara di Asia yang memiliki musim dingin.

KOMPAS/SRI REJEKI Festival Lux Helsinki di Finlandia.
”Lux Helsinki bagaikan memboyong karya seni koleksi galeri dan museum ke lingkungan urban. Festival ini juga mendorong masyarakat mengunjungi tempat-tempat indah dan artistik yang selama ini jarang dikunjungi. Ini bukan sekadar hiburan, melainkan upaya untuk melihat musim dingin dari sudut pandang yang lebih positif ketimbang terus merasakannya sebagai bulan-bulan yang membawa kecemasan,” kata Direktur Artistik Festival Lux Helsinki Ilkka Paloniemi.

Rangkaian penampilan setiap harinya dibuka oleh pertunjukan sirkus Fire Circus Walkea yang berlangsung selama 25 menit. Bertempat di pelataran Katedral Helsinki, ribuan penonton menyaksikan sirkus api yang dipadukan dengan tari modern dari Lapangan Senat yang berada di hadapan katedral. Kelompok sirkus pimpinan Antti Suniala ini berisikan para penari profesional dari Berlin. Suniala adalah seniman asal Finlandia yang tinggal di Berlin.

Para penari memainkan payung api, menari di dalam lingkaran api, atau melemparkan tongkat-tongkat api ke udara. Tak ada panggung dengan latar belakang lebih kuat, selain wajah katedral yang gedungnya selesai dibangun tahun 1852 ini. Dengan menahan udara dingin yang suhunya saat itu mencapai -10 derajat celsius, penonton seolah mendapat rambatan energi panas dari nyala api yang dimainkan oleh para penari. (Sri Rejeki)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com