Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuntaskan Rindu di Rindu Alam

Kompas.com - 07/01/2016, 09:21 WIB
RESTORAN ini memunculkan impresi gambar ikonik rumah di antara dua gunung. Letaknya sangat strategis. Dengan rasa makanan yang tidak berubah, kenangan akan tempat ini melekat di lidah dan hati pengunjungnya. Di Rindu Alam, orang-orang pun datang menuntaskan rindu.

Anda yang biasa tetirah ke kawasan wisata Puncak di Cisarua, Kabupaten Bogor, tentu tak asing lagi dengan nama restoran Rindu Alam.

Begitu juga bagi mereka yang hingga awal era 2000-an biasa bepergian ke Bandung lewat jalur Puncak. Hampir semua kendaraan umum menjadikan lokasi ini sebagai persinggahan sebelum melanjutkan perjalanan.

Semilir angin sejuk menyelusup pakaian begitu tiba di restoran yang telah berdiri sejak 1980 ini. Berada di ketinggian sekitar 1.443 meter dari permukaan laut, tepatnya di dekat puncak kawasan Puncak alias Puncak Pass, pemandangan yang tersaji di restoran ini sungguh elok.

Dari bagian selasar, tampak hamparan kebun teh dan liukan Jalan Raya Puncak. Di sebelah kiri, sebuah bukit tempat para penggemar paralayang tinggal landas terlihat jelas. Di sebelah kanan, lereng bukit terlihat kukuh dengan pepohonan rimbun.

Kerinduan akan pemandangan seperti ini juga yang membuat Dirwan Sulaiman (64) selalu datang ke tempat ini. Selasa (22/12/2015) siang, Dirman datang bersama 20 sanak keluarganya.

Dirwan masih ingat, pada awal berdirinya, restoran ini masih berada di pinggiran jalan. Baru beberapa tahun kemudian bangunan restoran dipindahkan agak jauh dari jalan, sekaligus menambah ruang parkir.

Anita Harahap (40), warga Harapan Indah, Bekasi, termasuk salah seorang pengunjung yang menjadikan Rindu Alam sebagai tujuan favoritnya.

Sejak tahun 2000, ia selalu memilih rumah makan itu jika berlibur ke Puncak. ”Bisa melihat panorama dari balik kaca. Kami suka makan sate ayam dan sate padang,” katanya.

Salah satu sudut restoran yang menjadi favorit adalah deretan kursi memanjang di samping jendela kaca bening. Dari sudut itu, pengunjung bisa melihat pemandangan khas kawasan Puncak yang memang menawan.

Dua sekawan

Menurut Budinarto, salah seorang pemilik Restoran Rindu Alam, sebelum restoran itu berdiri, lokasi tersebut sudah bernama Rindu Alam. Sejak dulu, bahkan semasa zaman Belanda, tempat ini sudah menjadi tempat persinggahan.

”Diberi nama Rindu Alam mungkin karena panorama di sini sangat bagus, yang mengundang rindu untuk datang lagi. Kalau ke Puncak tak mampir ke Rindu Alam, ya, seperti belum lengkap,” tuturnya.

Di tempat itu, menurut Budinarto, dulu ada bangunan kecil peninggalan Belanda. Bangunan itu terbuat dari batu kali dan dicat hitam putih.

Restoran Rindu Alam yang ada sekarang ini dirintis dua orang yang bersahabat sejak muda, yakni Ibrahim Adjie dan DS Mangkuto. Adjie adalah mantan Panglima Kodam Siliwangi. Adapun Mangkuto adalah pemilik Roda, restoran minang di Cipanas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com