Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Baru Namanya Buah Hutan Khas Kalteng

Kompas.com - 17/02/2016, 14:19 WIB
Megandika Wicaksono

Penulis

HUJAN mengguyur Kalimantan Tengah (Kateng) sejak Desember setelah musim kemarau panjang disertai kebakaran hutan dan lahan melanda lebih dari 3 bulan berikut kabut asap pada 2015.

Di antara hutan-hutan yang masih selamat dari kebakaran di Kabupaten Barito Selatan, buah-buah hutan seperti embak atau biasa disebut kapul putih, mawuh atau kapul kuning, siwaw atau rambutan hutan, dan tongkoi atau durian hutan pun mulai bermunculan.

Buah embak atau kapul putih bentuknya seperti buah manggis, tetapi warna kulitnya cokelat seperti buah sawo. Bentuk daging buah dan bijinya pun menyerupai buah manggis.

Tekstur buahnya halus dan licin berair. Rasanya manis-manis asam dan terasa menyegarkan.

“Warga desa percaya buah kapul putih ini bisa mengobati penyakit kanker dan ginjal,” kata Lukmana (29), penjual buah hutan, di Jalan G Obos, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (16/2/2016).

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO Durian hutan atau disebut tongkoi yang berasal dari Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Ukurannya lebih kecil daripada durian pada umumnya. Besarnya sekitar sekepalan tangan orang dewasa.
Adapun buah mawuh atau kapul kuning hampir mirip dengan kapul putih, hanya saja daging buahnya berwarna kuning.

Buah ini biasa dijadikan bahan baku pembuatan tuak lokal atau disebut barem setelah melalui proses peragian dan penyulingan.

Selanjutnya adalah buah siwaw atau rambutan hutan. Sebenarnya kulit buah ini tidak memiliki rambut. Tekstur kulitnya kasar berwarna kuning kemerahan.

Daging buahnya berwarna putih bening seperti rambutan dan bijinya pun agak lonjong seperti biji rambutan. Rasanya pun manis legit sedikit asam.

Kemudian yang cukup unik adalah durian hutan atau disebut tongkoi. Ukurannya lebih kecil daripada durian pada umumnya. Besarnya sekitar sekepalan tangan orang dewasa. Kulitnya berduri tipis tetapi kaku dan tajam.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO Buah siwaw atau rambutan hutan dari Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Sebenarnya kulit buah ini tidak memiliki rambut. Tekstur kulitnya kasar berwarna kuning kemerahan.
Tongkoi yang matang, kulitnya berwarna hijau dan jika terlalu matang warnanya berubah menjadi agak kecokelatan.

Ketika dibuka, aroma durian langsung menyengat. Daging dan biji buahnya mirip seperti durian, tapi isinya hanya 2-6 buah.

Lukmana membeli buah-buah hutan itu dari warga Buntok, Barito Selatan atau sekitar 190 kilometer arah timur laut dari Palangkaraya. Per kilogram kapul putih dan kapul kuning dijual dengan harga Rp 35.000.

Siwaw atau rambutan hutan dijual Rp 25.000 per kilogram dan tongkoi dijual Rp 25.000-Rp 50.000 per butir. “Biasanya musim buah hutan ini sampai Maret,” ujar Lukmana.

KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO Buah-buahan khas Kalimantan Tengah.
Tambi Kila (54), salah satu pembeli buah hutan mengatakan, buah-buah itu mengingatkan pada masa kecilnya saat berada di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Saat itu, bersama teman-temannya di kampung, Tambi Kila sering mencari buah-buahan itu di hutan.  “Buah ini sudah jarang ditemukan. Saya beli ini buat obat rindu kampung,” kata Tambi Kila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com