Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Nekat Coret Terumbu Karang! Ini Dampaknya...

Kompas.com - 06/02/2017, 20:12 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Coret-coret di koral perairan Raja Ampat, Papua Barat, bisa berbuntut panjang untuk kelangsungan sektor pariwisata bahari. Sebelumnya, kejadian serupa juga terjadi di perairan Nusa Penida, Bali.

(Baca juga: Ketika Vandalisme Terpahat di Koral Raja Ampat)

"Kejadian grafiti yang terjadi di Nusa Penida ataupun di Raja Ampat itu merupakan perilaku yang kurang bertanggung jawab dan berdampak langsung pada sektor pariwisata bahari dan pada ekosistem terumbu karang secara jangka panjang," kata Dwi Aryo Tjiptohandono, Marine and Fisheries Campaign Coordinator WWF Indonesia, kepada KompasTravel, Jumat (3/2/2017).

Terumbu karang, lanjutnya, memerlukan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh. Dengan demikian kerusakan yang sengaja dilakukan, baik grafiti maupun diinjak, tidak bisa pulih dalam waktu cepat. Aryo menjelaskan bahwa ikan membutuhkan terumbu karang sebagai tempat bertelur dan berlindung dari predator yang lebih besar.                        

FACEBOOK/STAY RAJA AMPAT Stay Raja Ampat adalah situs non-komersil dan nirlaba yang bertujuan untuk mendukung usaha komunitas Raja Ampat untuk membangun industri ekowisata.
"Di mana ada terumbu karang, pasti ada ikan. Oleh karena itu, kerusakan yang terjadi pada ekosistem terumbu karang akan memengaruhi habitat perikanan karang," kata Aryo.

Kerusakan terumbu karang, tutur Aryo, secara jangka pendek akan berdampak langsung pada pariwisata bahari. Oleh karena itu, lanjutnya, ekosistem terumbu karang dan satwa yang hidup di sekitarnya menjadi tumpuan pariwisata bahari di Indonesia.

"Jadi, pariwisata bahari yang bertumpu pada ekosistem laut yang sehat pastinya memberikan keuntungan bagi masyarakat lokal juga," ujarnya.

Ia menambahkan, apabila habitat sudah mulai banyak tekanan, maka satwa yang bergantung pada ekosistem tersebut bisa stres dan bahkan pergi. "Yang paling dikhawatirkan itu adalah perilaku wisatawan dan pemandu wisata yang tidak memperhatikan kelestarian aset dari sumber penghidupannya," kata Aryo.

Sebagai gambaran, menurut data dari Kementerian Pariwisata, Indonesia melalui Kementerian Pariwisata menargetkan target devisa sektor pariwisata sebesar 20 miliar dollar AS pada tahun 2019. Sebanyak 4 miliar dollar AS ditargetkan berasal dari wisata bahari.

Dari target tersebut, sebanyak 60 persen ditargetkan dari wisata pantai, 25 persen dari wisata bentang laut, seperti cruise dan yacht. Sementara itu, sebanyak 15 persen dari wisata bawah laut adalah snorkeling dan diving.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com