Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajarlah dari Betang Toyoi

Kompas.com - 18/12/2013, 15:16 WIB
BETANG Toyoi terletak di Desa Tumbang Malahui, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Tumbang dalam bahasa Dayak Ngaju artinya muara. Namun, ada muara lain yang jauh lebih mengagumkan di betang atau rumah tradisional khas Dayak itu. Ke muara itulah kami menuju.

Pagi itu kami sudah bersiap meluncur dari Palangkaraya, ibu kota Kalteng. Mobil tipe minibus meluncur di jalan aspal mulus hingga sekitar Kasongan, ibu kota Kabupaten Katingan. Selepas itu adalah jalur tanah dan aspal yang silih berganti.

Kami beristirahat sejenak di Kelurahan Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas. Nila pedas menjadi santapan siang. Ikan sebagai lauk memang mudah ditemukan di Kalteng yang sarat dengan sungai besar. Setelah perjalanan sekitar tiga jam, sampailah kami di Betang Toyoi.

Tiang berpucuk ukiran harimau dan sandung atau rumah panggung kecil tempat menyimpan kerangka leluhur menyambut kami di depan betang. Kami diterima keramahan Animar Nanyan Toyoi (57). Saat dijumpai, Animar sedang membuat kerajinan tetapi ia bersedia meluangkan waktu meski kami belum membuat janji.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Cerita tentang asal mula tanaman padi terdapat di atap rumah Betang Toyoi, Tumbang Malahui, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Animar pun berkisah mengenai Betang Toyoi. Para penghuni betang ternyata memeluk agama yang berbeda-beda. Di Betang Toyoi, kami belajar kerukunan yang kini semakin langka. Umat Hindu Kaharingan, Islam, dan Kristen Protestan hidup bersama dalam satu atap.

Betang, selain sebagai tempat tinggal, ternyata juga menjadi muara pluralisme keyakinan para penghuninya. Pertemuan keimanan dalam satu kekerabatan besar itu kami anggap luar biasa.

”Sebagian besar penghuni pergi berpencar-pencar untuk merantau. Kalau sedang berkumpul, semua ada enam keluarga,” tutur Animar.

Mereka berjumlah 25 orang. Setidaknya sudah 50 tahun terakhir keberagaman itu berlangsung. Betang Toyoi sudah berdiri sejak tahun 1869. ”Tidak masalah kalau penghuni betang Muslim makan ayam dan non-Muslim makan babi. Mereka yang Muslim punya peralatan makannya sendiri,” katanya.

Kami merasa nyaman duduk menyimak penuturan Animar di Betang Toyoi. Betang terasa sangat sejuk sejak kami menapakkan kaki di dalamnya. ”Dulu, betang bisa ditempati hingga 30 keluarga sekaligus. Masih sebanyak itu terakhir waktu tahun 1950-an. Memang sangat ramai,” tuturnya.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Cerita tentang asal mula tanaman padi terdapat di atap rumah Betang Toyoi, Tumbang Malahui, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Jumlah keluarga lambat laun jauh berkurang karena satu demi satu penghuni betang membangun rumah. Hanya mereka yang belum mampu mendirikan rumah masih tinggal di betang. ”Seandainya semua penghuni sanggup membangun rumah, mungkin juru pelihara saja yang tinggal di betang,” ujarnya.

Meski sudah berabad lalu berdiri, pilar-pilar betang dari ulin masih berdiri kokoh. Bangunan tersebut disangga 28 tiang dengan tinggi 2,5 meter dari permukaan tanah. Tidak tampak tanda-tanda kelapukan sama sekali. Semakin tua, ulin memang kian kuat.

Betang memiliki panjang 36 meter, lebar 9,5 meter, dan tinggi 4 meter. Rumah itu pernah direnovasi Pemerintah Provinsi Kalteng sebanyak tiga kali karena sudah menua. Renovasi pertama pada tahun 1990, merombak lantai bambu dan kulit kayu, menjadi alas dari kayu ulin.

Renovasi kedua dan ketiga dilakukan pada tahun 1995 dan 1997 untuk menambah dinding betang dengan ulin. Sebelumnya, dinding terbuat dari kulit kayu saja. Sementara pemakaian pasak pada atap masih dipertahankan. Meskipun demikian, renovasi tetap diperlukan. Saat hujan deras, beberapa bagian atap masih bocor.

Sekitar dua jam setelah kami datang, juru pelihara Betang Toyoi, Supandianto (30), datang menghampiri. Ia baru datang dari kebun. Supandianto adalah keturunan keenam Toyoi Panji, pendiri betang. Pada siang hari, kebanyakan penghuni betang pergi keluar untuk bekerja seperti menyadap karet, berburu, dan berladang.

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG Kehidupan warga di Desa Tumbang Malahui, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Berbagai aktivitas itu sudah dilakukan sejak nenek moyang dulu. Tanaman yang dibudidayakan antara lain mentimun, padi, dan sawi. Adapun Supandianto bekerja sebagai penyadap karet di lahan seluas 2 hektar. Hasil yang didapatkan sekitar 100-200 kg getah karet per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Menuju ke Arjasari Rock Hill Bandung

Rute Menuju ke Arjasari Rock Hill Bandung

Jalan Jalan
Wisman Asal Singapura Dominasi Kunjungan di Kepulauan Riau Maret 2024

Wisman Asal Singapura Dominasi Kunjungan di Kepulauan Riau Maret 2024

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Jam Buka di Arjasari Rock Hill

Harga Tiket Masuk dan Jam Buka di Arjasari Rock Hill

Jalan Jalan
Harga Tiket Masuk Candi Prambanan 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Candi Prambanan 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Update
Sederet Aktivitas Outdoor di Arjasari Rock Hill Bandung

Sederet Aktivitas Outdoor di Arjasari Rock Hill Bandung

Jalan Jalan
Suhu Panas Ekstrem di Thailand, Buat Rel Kereta Api Bengkok

Suhu Panas Ekstrem di Thailand, Buat Rel Kereta Api Bengkok

Travel Update
Serunya Camping Keluarga di Arjasari, Kabupaten Bandung

Serunya Camping Keluarga di Arjasari, Kabupaten Bandung

Jalan Jalan
Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Jalan Jalan
5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

Travel Update
[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com