Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilau Purnama di Bukit Namata

Kompas.com - 17/11/2014, 20:35 WIB
DARI puncak bukit, senja telah turun meninggalkan semburat lembayung lembut memanjang di cakrawala barat. Perlahan kemudian, di sisi timur langit, purnama merambat naik dalam cahaya putih kekuningan, berkilauan.

”Turun…! Sudah dataaaang…!” teriakan Ina Nahale (62) terdengar bergaung dari bawah Bukit Namata. Maksud teriakannya itu menginformasikan bahwa perlengkapan ritual yang dibawa kerabatnya, Bapak Mapenu (47), telah datang. Siang harinya, Mapenu mencari tahi kerbau kering untuk ritual bakar kapur malam itu. Kami pun segera turun bukit menuju rumah Ina Nahale untuk bergabung dalam ritual yang hanya dilakukan saat malam bulan purnama itu.

Ina adalah sebutan bagi perempuan di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Pulau kecil seukuran sekitar 460 kilometer persegi ini merupakan bagian dari Kabupaten Sabu Raijua yang terletak di antara Pulau Sumba dan Pulau Timor.

Upacara ritual bakar kapur berlangsung di kampung adat Namata, di Desa Raeloro, tak jauh dari Seba, kota kecil yang paling ramai di Pulau Sabu. Kampung Namata terkenal sebagai lokasi beberapa batu bundar besar peninggalan zaman megalitikum yang kini dikeramatkan.

Hanya beberapa menit saja dari puncak bukit tadi, kami sudah tiba di depan rumah. Di kaki bukit di suatu dataran, sebuah onggokan mirip susunan api unggun telah siap. Ina Nahale lalu memperkenalkan kerabatnya yang punya hajat ritual malam itu, yakni Ina Nahere (42). Nahere kemudian meletakkan periuk tembikar berisi batu kapur dari laut di atas tumpukan kotoran kerbau kering yang telah bercampur dengan kulit buah lontar kering. Niat dan doa dibisikkan Nahere.

Setelah api disulut, api membakar tumpukan kotoran kerbau kering. Asap putih membubung ke langit menggapai sinar rembulan yang berkilauan. Bukit Namata selimuti sunyi, sesekali ditingkahi suara lidah api yang menjilati kotoran. ”Besok pagi, baru periuk dibuka dan diambil kapurnya,” kata Nahale.

KOMPAS/LASTI KURNIA Ina Nahere melakukan ritual bakar batu kapur di bukit kampung Namata, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Upacara dilakukan sejenak setelah bulan muncul dari balik bukit.
Kapur adalah bagian penting dalam hidup masyarakat Sabu sehari-hari. Selain digunakan untuk menyirih, kapur juga menjadi bahan penting yang ditambahkan saat merendam daun nila untuk mengambil warna biru atau hitam sebagai pewarna kain tenun.

Ritual sederhana tersebut hanyalah bagian kecil dari potret kehidupan masyarakat Sabu sehari-hari yang hingga kini masih setia merawat tradisi leluhur. Pulau Sabu memang belum lazim menjadi tujuan wisata. Baru sejak maskapai penerbangan Susi Air membuka rute Kupang-Sabu, pulau ini menjadi lebih mudah dijangkau.

Goa berkolam

Di tengah geliat perjuangan memenuhi kebutuhan hidup, orang Sabu tetap menjaga tradisi dan peninggalan leluhur. Tempat-tempat bersejarah tetap dipelihara dengan hormat. Salah satu tempat bersejarah yang bisa dikunjungi adalah Goa Madira atau Lie Madira di Kampung Roa Lie, Kecamatan Hawu Mehara, sekitar 30 menit dari kota Seba dengan sepeda motor.

”Goa ini dulu pernah ditinggali oleh orang bernama Ama Dira sebagai tempat persembunyian setelah lari dari keluarga besarnya,” kata Kattu Keraba (41), juru kunci Goa Madira. Kattu memperkirakan Ama Dira tinggal di goa itu puluhan tahun lalu di awal masa kemerdekaan Indonesia. Menurut dia, Ama Dira melarikan diri setelah berselisih dengan keluarga besarnya.

Goa Madira kini kerap didatangi penduduk Sabu di akhir pekan untuk sekadar mandi di kolamnya yang jernih. Dari pintu masuk berukuran kecil di bawah sebuah pohon besar, kolam di dalam goa itu tampak jernih kehijauan.

Di tengah kota Seba, bangunan bersejarah yang juga menarik dikunjungi adalah Istana Sabu atau Teni Hawu. Yang disebut istana ini menyerupai rumah serupa peninggalan zaman Hindia Belanda dengan pilar-pilar besar di pendapa yang luas. Istana kini didiami oleh salah satu keturunan dari kerabat raja, yakni pasangan Agustina Elisabeth Rame Haoe (59) dan George Tony Bulan (61). Menurut Elisabeth, istana itu baru dibangun tahun 1875 oleh raja terakhir yang tak memiliki keturunan.

”Raja dan dua saudaranya membuat bangunan seperti ini konon setelah melihat bangunan di negeri Belanda,” kata Elisabeth.

KOMPAS/LASTI KURNIA Warga berenang di dalam kolam air alami di dalam Goa Madira, Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur.
Menilik sejarah yang tercatat di Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, Sabu memang sempat berhubungan dengan pemerintahan Belanda pada 1756. Ketika itu, Sabu diwajibkan menyediakan tenaga tentara bagi Belanda untuk keperluan pertahanan di Kupang.

Bangunan Istana Sabu masih terawat. Beberapa perabot kuno seperti tempat tidur kayu dengan tiang kelambu juga masih utuh. Di salah satu lemari tampak pula porselen-porselen kuno yang agak bergaya Eropa. Elisabeth dan Tony kini membuka istana itu bagi siapa saja yang hendak menginap. Kendati hanya ada tiga kamar besar, tamu yang menginap bisa cukup banyak karena Elisabeth menyediakan kasur busa cukup banyak. ”Siapa saja silakan menginap di sini,” kata Elisabeth.

Di Sabu, penginapan turis memang belum banyak. Baru ada satu hotel yang berada jauh di luar kota Seba. Sementara di kota Seba baru ada segelintir tempat penginapan sederhana. Istana Sabu bisa menjadi alternatif yang menyenangkan bagi pelancong yang ingin merasakan pengalaman tidur di istana kuno. (Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

Travel Update
Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

Travel Update
Waktu Terbaik Berkunjung ke Vietnam Berdasarkan Musim

Waktu Terbaik Berkunjung ke Vietnam Berdasarkan Musim

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com