Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Si Buah Ular" Andalan Sibetan

Kompas.com - 10/03/2015, 12:43 WIB
"ANDA Tiba di Kawasan Wisata Agro Kebun Salak Sibetan". Papan petunjuk itu dipasang di tepi jalan menuju Desa Sibetan, kawasan agro kebun salak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Salak, si "buah ular" itu, menjadi bagian dari kehidupan warga Desa Sibetan, sekitar 80 kilometer dari Kota Denpasar.

Tanaman buah tropis yang eksotis itu memiliki rasa manis, asam, dan sepat. Mungkin karena kulit buahnya yang bersisik menyerupai kulit ular itu, salak (Salacca zalacca) disebut sebagai snake fruit.

Kabupaten Karangasem, di ujung timur Pulau Bali, memiliki keadaan geografis berbukit dan pegunungan dengan kondisi iklim basah sampai kering. Keadaan itu cocok untuk tanaman salak bertumbuh dan berbuah.

”Menurut cerita, salak tumbuh di Sibetan sejak ratusan tahun lalu. Salak adalah tumbuhan yang dimiliki Jero Dukuh Sakti, leluhur di desa ini,” kata I Nengah Suparta, petani salak di Dusun Dukuh, Desa Sibetan, beberapa saat lalu. Sejak tahun 1920-an, salak semakin banyak ditanam oleh warga Sibetan, selain padi.

Dari pendataan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Karangasem tahun 2014, jumlah tanaman salak di kabupaten itu lebih dari 8,3 juta pohon. Daerah sentra salak terdapat di enam kecamatan, termasuk Kecamatan Bebandem. Dalam musim panen, setiap pohon salak mampu menghasilkan sekitar 4 kilogram (kg) buah salak.

”Tanaman salak di Karangasem terdiri dari beberapa jenis kultivar,” jelas Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Karangasem I Gusti Putu Sukasta. Varietas salak itu antara lain salak gondok, salak nangka, salak nenas, salak gula pasir, dan salak penyalin. ”Namun dari segi rasa, salak di Karangasem dibedakan dua jenis, yakni salak bali dan salak gula pasir,” ujarnya.

Salak gula pasir mempunyai rasa manis tanpa rasa asam dan sepat, sedangkan salak bali, yang memiliki beberapa jenis varietas, mempunyai rasa manis, asam, dan sedikit rasa sepat.

Komoditas salak

Harga salak bali lebih murah dibandingkan dengan salak gula pasir. Pedagang salak di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Ketut Buncing, menyatakan, harga salak gula pasir mencapai Rp 10.000/kg. Harga salak bali hanya Rp 3.000/kg.

”Salak dari Karangasem laris di Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan Jawa,” kata Buncing, yang juga kerap mengirim salak ke luar Pulau Bali. Saat ditemui, ia sedang mengemas salak untuk dikirimkan dengan truk ke Lombok.

Salak gula pasir dari Karangasem kerap pula dijadikan oleh-oleh khas Bali. Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura berupaya meningkatkan produksi salak gula pasir yang menjadi buah unggulan dari kabupaten itu.

Meskipun demikian, pengembangan salak sebagai komoditas unggulan di Karangasem masih menghadapi kendala, antara lain harga salak sangat berfluktuasi, rentan anjlok terutama pada masa panen raya. Permasalahan harga salak itu turut membuat sejumlah petani salak di Karangasem kembali menanam padi karena harga gabah lebih tinggi dibandingkan dengan harga salak.

Kendala lain dalam produksi dan pemasaran. Petani salak belum mampu memproduksi salak secara kontinu dan baru mampu menjual sampai ke tingkat pengepul.

Suparta mengakui, petani salak di Sibetan memang memiliki kendala dalam produksi salak. Kendala itu juga dipengaruhi luas lahan tanaman salak yang dimiliki petani setempat.

Ia mengaku mempunyai sekitar 1 hektar lebih tanaman salak, tetapi tidak semua petani di Sibetan memiliki lahan yang luas. ”Kalau dirata-ratakan, setiap petani hanya mempunyai sekitar 40 are (4.000 meter per segi),” kata Suparta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahim Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Lebaran 2024, Kereta Cepat Whoosh Angkut Lebih dari 200.000 Penumpang

Travel Update
Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Milan di Italia Larang Masyarakat Pesan Makanan Malam Hari

Travel Update
6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

6 Hotel Dekat Beach City International Stadium Ancol, mulai Rp 250.000

Hotel Story
4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

4 Hotel Dekat Pantai di Cilacap, Tarif Rp 250.000-an

Hotel Story
5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

5 Wisata Air Terjun di Karanganyar, Ada Ngargoyoso dan Jumog

Jalan Jalan
Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Pengalaman ke Desa Wisata Koto Kaciak, Coba Panen Madu Lebah Galo-Galo

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com