Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapta: Pariwisata Berpotensi Terus Tumbuh

Kompas.com - 30/09/2015, 13:16 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar mengatakan sektor pariwisata diyakini belum terdampak krisis global bahkan berpotensi masih terus tumbuh di tengah perlambatan ekonomi dunia.

Sapta Nirwandar dalam diskusi bertema "Dollar Menguat, Bagaimana Pariwisata Kita?" di Jakarta, Selasa (29/9/2015) petang, mengatakan riset terbaru UNWTO menunjukkan sektor pariwisata pada Januari hingga April tahun ini terus tumbuh dengan peningkatan mencapai empat persen.

"Hampir semua wilayah mengalami pertumbuhan pariwisata. Prospek untuk Mei sampai Agustus juga diperkirakan tetap bagus dengan hampir 500 juta turis melakukan perjalanan wisata dalam empat bulan itu," kata mantan Wamenparekraf itu.

Hal itu, menurut Sapta, menjadi salah satu indikasi bahwa pariwisata belum terdampak signifikan oleh perlambatan ekonomi global bahkan bisa tumbuh di tengah kondisi yang sulit tersebut.

KOMPAS/HARIS FIRDAUS Sejumlah wisatawan mancanegara memotret seorang abdi dalem di Keraton Yogyakarta, Kamis (17/9/2015). Selama bulan September, kunjungan wisatawan mancanegara ke Keraton Yogyakarta relatif stabil, yakni sekitar 400 orang per hari.
Menurut dia, pariwisata tetap berprospek cerah ke depan karena telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. "Memang ada perpindahan dari yang tadinya perjalanannya jauh dengan spending besar bergeser ke perjalanan yang dekat dengan waktu yang dipersingkat. Itu wajar," katanya.

Oleh karena itu, Sapta menyarankan agar seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Indonesia kreatif menggarap sektor tersebut.

Selain itu, Sapta menyarankan agar pemerintah meminimalisir kebocoran devisa pariwisata dengan menggarap secara optimal pariwisata domestik.

Kreatif

Pada kesempatan yang sama praktisi pariwisata Anton Thedy mengatakan saat ini industri harus berani melakukan short cut yang kreatif dan inovatif tanpa harus mengeluh dan mengandalkan bantuan pemerintah. "Bisnis itu kreatif, jangan mengeluh atau menunggu insentif pemerintah. Saat dollar mahal jangan jual dollar, jual rupiah," katanya.

TRIBUN JABAR/FIRMAN WIJAKSANA Sejumlah turis mancanegara mendengar penjelasan dari pemandu wisata tentang keberadaan Candi Cangkuang di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (2/6/2014). Setiap bulannya sekitar 10 ribu wisatawan mengunjungi Situ Cangkuang.
Managing Director TX Travel itu mencontohkan pelaku industri bisa mulai menjual wisata kereta api dengan paket mini dengan harga yang terjangkau ketimbang menjual paket-paket yang mahal.

Selain itu, pelaku industri pariwisata juga bisa menjalin kerja sama antar mereka untuk memberikan insentif kepada wisatawan sehingga paket wisata semakin menarik.

Anton yakin sektor pariwisata masih akan terus tumbuh dan memiliki prospek yang cerah ke depan. "Kita lihat belum ada PHK di sektor pariwisata, saatnya kita semua harus kreatif," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com