Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nonton "Jali dan Edah", Teater Perempuan Memaknai Sumpah Pemuda

Kompas.com - 13/10/2015, 18:08 WIB

KOMPAS.com - Seorang wanita bangsawan paruh baya bernama Ibu Mulia Saribanon penuh vitalitas dan jenaka. Ia hidup bersama kedua keponakannya, Sarifah dan Jubaedah (Edah), serta seorang teman lama, Tuan Edgar.

Ketenangan hidup mereka terusik ketika seorang pemilik bank bersama anaknya datang mendekati keponakan-keponakan sang bangsawan demi mengincar harta kekayaannya. Ibu Mulia Saribanon geram dan memutar otak untuk menyingkirkan pemilik bank, sekaligus membunuh rasa bosannya.

Cerita semakin menggelitik ketika ide cemerlang Ibu Mulia Saribanon justru membuat sekawanan pencuri yang menggegerkan ibu kota mereka ikut terjebak dalam drama yang diciptakan wanita bangsawan itu. Di sisi lain, drama semakin menarik dengan kisah percintaan Jali dan Edah. Kedua sejoli yang saling mencintai harus menghadapi berbagai tantangan percintaan seperti status sosial, ekonomi, dan geografis.

“Karya ini disadur dari karya terkenal sastrawan Perancis, Jean Anouilh berjudul Le Bal des Voleurs (1938). Pentas ini sangat menarik karena alur ceritanya tidak tertebak dan dikemas secara membumi. Jadi, pentas ini cocok ditonton oleh berbagai kalangan,” kata Lili Yunita, anggota Teater Dua yang sehari-harinya bekerja sebagai sales head salah satu perusahaan asuransi multinasional.

Kisah komedi empat babak ini berlatar belakang ibukota Jakarta di tahun 1960-an. “Kita tinggal di Jakarta tetapi tidak terlalu banyak pementasan di Jakarta yang berlatar belakang tahun 1960-an. Ini mungkin bisa mendorong warga Jakarta untuk menengok kembali sejarah yang terlupakan,” tutur anggota Teater Dua lainnya, Vania Margonoharto.

Sehari-harinya Vania adalah seorang wirausahawan minuman ringan. Di tengah berbagai kesibukannya, dia menyempatkan hampir setiap malam berlatih bersama Teater Dua.

Teater Dua beranggotakan alumni SMA Santa Ursula yang terdiri dari perempuan profesional berbagai usia, dari 18 sampai 37 tahun. Tidak hanya itu, kesamaan hobi teater juga menjembatani perbedaan profesi mereka, mulai dari ibu rumah tangga, manajer, wirausawan, pengacara, dokter, apoteker, dan mahasiswa.

Tahun lalu, pentas perdana mereka, Kipas Tanda Mata berhasil menghibur penonton berbagai usia sekaligus mengumpulkan dana amal untuk bakti sosial yang disumbangkan melalui ikatan alumni mereka.

Angelina Goenawan, seorang dokter dan anggota Teater Dua, menjawab alasannya mau bermain teater, “Saya kangen dengan kebersamaan dalam berteater. Bermain teater itu seru. Bisa bebas berekspresi sesuai dengan interpretasi kita atas karakter yang ada. Seakan-akan kita hidup di dunia yang berbeda dari dunia yang kita miliki sekarang.”

Di kehidupan sehari-hari, sebagai dokter, Angel juga memanfaatkan apa yang dia perolehnya dari teater, yakni rasa percaya diri. Ketika perlu untuk berpendapat dan berkomunikasi di depan umum, Angel menjadi lebih berani.

Sementara itu Frida Tumakaka, seorang produser dan wirausahawan merasa dalam teater hidupnya tidak ada beban. “Teater membuat saya merasa senang, melupakan kehidupan nyata.” Frida akan memerankan Kusai, salah satu kawanan pencuri di pentas ini.

“Kami adalah perempuan, ibu, sahabat, guru, dan juga bagian dari pemuda. Memaknai sumpah pemuda tahun ini, kami mau membawakan pesan damai dan persatuan dalam seni, khususnya teater,” ujar anggota lain, Maria Pade Rohana.

Pentas teater ini semua tokohnya (baik tokoh laki-laki maupun wanita) diperankan oleh pemain wanita. Pentas akan berlangsung pada Jumat-Sabtu, 30-31 Oktober 2015 di GBB, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pukul 20:00. Harga tiket berkisar dari Rp 100.000 sampai Rp 500.000. Informasi lebih lengkap bisa cek @teaterdua di Facebook. (*)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com