Arief Yahya menggambarkan, dampak ekonomi kawasan pariwisata lebih dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Jadi kalau pariwisata itu pemainnya kan masyarakat. Makan ya warungnya punya masyarakat atau hotel seperti di Sawahlunto, home stay istilahnya itu juga ke masyarakat. Lebih banyak kembalinya dibandingkan industri lainnya," kata Arief di Jakarta, Senin (7/12/2015) lalu.
Namun janji Menteri Pariwisata ini bukanlah hal yang mudah direalisasikan. Sejauh ini, pertambangan selalu dinilai lebih menjanjikan menyumbang devisa negara.
Sejauh ini, Indonesia baru memiliki satu kawasan bekas penambangan yang berubah menjadi kawasan wisata atau wisata tambang. Kawasan itu adalah bekas penambangan batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat.
“Ternyata kalau kita konservasikan bekas tambang itu akan menghasilkan uang yang tidak lebih kecil bila tambangnya diteruskan," ucap Arief.
Saat ini Indonesia sedang mengajukan kawasan tambang Sawahlunto agar ditetapkan sebagai kota tambang warisan dunia ke UNESCO.
Tugas berat ke depan untuk isu pertentangan tambang dan pariwisata adalah membuktikan bahwa pariwisata akan lebih menyejahterakan mayarakat. Utamanya adalah kesadaran pentingnya pelestarian alam dan peninggalan sejarah.
"Kita harus bisa buktikan bahwa semakin dilestarikan akan semakin menyejahterakan. Kalau toh ada tambang itu sama sekali tidak ada salahnya untuk anak cucu kita sementara kita bisa eksplorasi dan kita bisa marketing-kan pariwisata," katanya.
Mengenai pemetaan kombinasi pertambangan dan pariwisata, Kementerian Pariwisata baru bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Ke depan, Kementerian Pariwisata berencana juga membicarakan masalah ini dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.