Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Media Manuskrip Daun Lontar Berubah Jadi Cendera Mata

Kompas.com - 08/11/2016, 13:20 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

KARANGASEM, KOMPAS.com - Sebelum ditemukan kertas, sejarah mengenal beberapa media yang digunakan sebagai alat dokumentasi. Beberapa di antaranya adalah batu sabak, bambu, papan kayu, dan daun lontar.

Dokumentasi dengan daun lontar populer digunakan oleh masyarakat daerah Jawa, Bali, Lombok zaman lampau untuk menulis hikayat, aturan adat, serta pencatatan sejarah.

Kini dengan ditemukannya kertas, daun lontar mulai banyak dilupakan. Meski begitu masyarakat Desa Tenganan di Bali masih terus melestarikan daun lontar, walau fungsinya bukan lagi seperti dahulu kala.

(BACA: Nusa Ceningan, Pulau Kecil yang Lagi "Hits" di Bali)

"Di luar mungkin penggunaan lontar ini sudah hilang, tetapi di sini justru berkembang. Memang orientasinya komersil tapi jadi ciri khas," kata Nyoman Suwita, pemandu sekaligus masyarakat Desa Tenganan, Karangasem, Bali.

KompasTravel bersama media lain mengunjungi Desa Tenganan Pengringsingan dalam acara familiarization trip The Anvaya Beach Resorts Hotel, Kamis (5/11/2016). Nampak beberapa perajin lontar menjual langsung hasil karyanya di bagian depan desa.

"Dulu ini ditulis untuk aturan adat sekarang lontar ini dihias untuk jadi oleh-oleh wisatawan," kata seorang pembuat lontar sembari menggambar di daun lontar.

Ia mengatakan untuk menjadikan daun lontar dapat menjadi sebuah media tulis atau gambar proses yang diperlukan cukup lama, sekitar enam bulan.

(BACA: Menjumpai Sisi Lain Bali di Desa Adat Tenganan)

Untuk menggambar dan menulis di daun lontar, awalnya perajin akan mengukir tulisan atau gambar dengan alat yang disebut pengutik. Kemudian, agar ukiran tersebut lebih nampak, ditorehkan kemiri bakar sebagai ganti tinta.

"Sebenarnya proses menggambar di daun lontar sama seperti proses tato. Jadi kalau salah menggores sedikit saja, daun lontar tak dapat digunakan lagi," kata Suwita.

BARRY KUSUMA Lukisan di atas daun lontar yang dibuat warga Desa Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali.
Umumnya gambar khas Bali dan dewa-dewi dalam agama Hindu yang menghiasai daun lontar dari Tenganan. Agar media gambar semakin lebar, daun lontar ini dihubungkan dengan benang dan dilapisi oleh bilah bambu yang dipotong seukuran daun lontar, seperti sampul luar daun lontar. Alternatif lain, daun lontar juga bisa dibingkai ke pigura kaca.

Daun lontar dipercaya lebih awet ketimbang media lainnya karena tahan terhadap gigitan rayap. Bukti nyatanya, banyak manuskrip dari zaman Bali Aga (Bali Mula) yang tetap bertahan hingga saat ini.

Untuk harga lukisan lontar di Desa Tenganan Pengringsingan dijual dari harga Rp 100.000, tentu berbeda jika media lontar yang digunakan semakin lebar dan lukisan semakin rumit.

Uniknya, penjual lukisan daun lontar di Desa Tenganan Pengringsingan adalah pengrajinnya langsung. Mereka juga fasih berbahasa Inggris, sehingga dapat lebih mudah memperkenalkan produknya ke wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Desa Tenganan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com