Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok di Balik Jatuhnya Zaman Rempah

Kompas.com - 20/09/2017, 21:03 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada abad ke-16, rempah menjadi komoditi mahal yang diincar oleh bangsa Eropa. Harganya bahkan sempat lebih mahal ketimbang logam mulia seperti emas.

Namun kini, kejayaan rempah telah hilang. Rempah bahkan dijual di warung dan nama mahsyur pulau-pulau penghasil rempah seakan tenggelam. Apa sebabnya?

Jack Turner dalam bukunya "Sejarah Rempah dari Erotisme sampai Imperialisme" (2011) menjelaskan seorang Perancis bernama Pierre Poivre menjadi dalang kejatuhan era rempah. Poivre berambisi berlayar ke Maluku untuk menguasai rempah, padahal saat itu rempah Maluku dikuasai oleh Dutch East India Company (VOC) dari Belanda.

BACA: Rempah, Penyebab Awal Kolonialisme di Tanah Air

Jangan kira VOC tidak menjaga harta berharganya. Ada berbagai usaha dari yang paling biasa sampai paling keji dilakukan oleh VOC. Semua demi monopoli rempah, khususnya pala dan cengkeh.

"Belanda menjadikan para sultan sebagai boneka lewat sogokan uang, hadiah, dan ancaman. Para penyeludup ditenggelamkan di air, panen ilegal mendapat hukuman mati. Setelah panen pala diberi jeruk nipis sehingga tidak bisa disebarluaskan di tempat lain," tulis Turner.

Usaha Belanda berhasil, pada abad ke-17, harga pala dan cengkeh naik 2.000 persen. Namun di atas langit ada langit, Poivre lebih licik dari Belanda.

BACA: Mengapa Rempah-rempah Begitu Diburu pada Zaman Dahulu?

Poivre digambarkan sebagai seorang yang cerdas. Memiliki bekal ilmu botani, oportunis, dan pemberani. Perjalanan yang dilalui Poivre ke Maluku cukup berliku. Di tengah perjalanan, saat melewati Selat Bangka, kapalnya diserang oleh Inggris dan tangan kanannya terkena tembakan sehingga harus diamputasi.

Poivre kemudian singgah di Batavia. Karena cacat dan terlihat tak berdaya, Poivre dengan mudah mengumpulkan informasi terkait Maluku juga penyeludupan dan perdagangan ilegal. Di sana ia sadar ada celah dalam sistem pengawasan Belanda.

"Saya lalu menyadari bahwa kepemilikan rempah yang dikendalikan Belanda di Hindia didasari ketidaktahuan dan ketakutan akan perdagangan yang dilakukan negara Eropa lainnya. Seseorang hanya perlu mengetahui hal ini dan cukup berani untuk berbagi informasi tentang jaminan sumber kemakmuran yang mereka kuasai di salah satu sudut dunia ini," kata Poivre.

Usaha pertama Poivre menuju Maluku kemudian gagal, karena terkendala musim. Saat itu ia juga menyalahkan kondisi kapal sponsor yang buruk.

BACA: Sampai Mati Kristoforus Kolombus Tak Menemukan Pulau Rempah

Pada akhirnya Poivre mendapat pala kelas dua dari kepemilikan Portugis di Timor, dibawa ke Mauritius koloni Perancis di Samudra Hindia. Buah tersebut gagal tumbuh, Poivre menyalahkan rival botanisnya dengan aneka tuduhan seperti cemburu dengan merusak benih pala menggunakan air mendidih atau obat lain.

Kembali Mencoba

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com