Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 3 Situs Peninggalan Keraton Mataram Islam di Yogyakarta

Kompas.com - 25/02/2019, 14:08 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Situs sejarah tidak hanya berfungsi sebagai destinasi wisata. Tentu situs sejarah juga merupakan obyek penelitian bagi mereka yang menyukai atau sedang mempelajari ilmu sejarah.

Baca juga: Jelajah Kotagede, Cikal Bakal Keraton Surakarta dan Yogyakarta

Khusus di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ada banyak situs peninggalan sejarah yang tersebar. Kebanyakan peninggalan sejarah di Yogyakarta berasal dari Kerajaan Mataram. Tidak hanya satu Mataram, tetapi dua, yakni Mataram Kuno dan Mataram Islam.

Peninggalan Mataram Kuno yang pernah berjaya abad ke-8 masehi silam kebanyakan berupa candi, salah satunya adalah Candi Kalasan. Untuk Mataram Islam yang berdiri sekitar abad ke-16 masehi silam, berikut ini situs peninggalan sejarahnya:

1. Kotagede

Juru kunci yang menjelaskan seputar Watu Gilang, singgasana Raja Mataram Islam, Panembahan SenopatiKompas.com/Anggara Wikan Prasetya Juru kunci yang menjelaskan seputar Watu Gilang, singgasana Raja Mataram Islam, Panembahan Senopati

Situs peninggalan sejarah pertama ada di Kotagede. Dahulu, di sinilah awal Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1588 masehi dengan raja pertamanya yakni Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya.

Peninggalan kompleks Keraton Kotagede tepatnya ada di sebelah selatan Pasar Kotagede. Namun, bangunan fisik keraton sekarang sudah tidak ada lagi. Meski demikian, masih ada beberapa bagian keraton yang kini dilestarikan sebagai situs sejarah.

Baca juga: Jelajah Makam Raja di Kotagede Yogyakarta

Salah satu bagian keraton adalah Situs Watu Gatheng. Terdapat bola batu besar yang merupakan mainan putera Panembahan Senopati, Raden Rangga. Dahulu, di sini pula singgasana Keraton Kotagede berada.

Peninggalan kompleks Keraton Kotagede lain adalah Masjid Gedhe Mataram, bagian Benteng Cepuri (benteng bagian dalam), Sendang Seliran, dan makam raja-raja Mataram Islam.

2 Situs Kerto

Situs Kerto. Dulunya pernah berdiri keraton megah Mataram Islam di sini.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Situs Kerto. Dulunya pernah berdiri keraton megah Mataram Islam di sini.

Terletak di Dukuh Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta. Diperkirakan Situs Kerto dulunya merupakan sebuah keraton ketika Mataram Islam berada di puncak kejayaaannya di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Jika mengira situs Kerto begitu megah karena merupakan keraton ketika kerajaan sedang berada di puncak kejayaannya, maka perkiraan itu salah besar. Jika dilihat sekilas, Situs Kerto kini hanya tampak seperti lahan kosong.

Baca juga: Situs Kerto, Keraton Kedua Mataram Islam yang Seakan Menghilang

Hanya ada umpak (alas tiang kayu) dari batu andesit berukuran 85 cm x 85 cm dengan tinggi sekitar 65 cm. Kini umpak yang tersisa di Situs Kerto hanya ada dua buah, sementara satu umpak lain kini ada di Masjid Saka Tunggal di daerah Taman Sari, Yogyakarta.

Diperkirakan Keraton Mataram Islam di Kerto nyaris tidak berbekas karena tidak terawat usai pusat kerajaan berpindah dari Kerto ke Pleret pada masa pemerintahan anak Sultan Agung, yakni Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.

3. Situs Pleret

Reruntuhan Situs Keraton Pleret.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Reruntuhan Situs Keraton Pleret.

Lokasi Situs Keraton Pleret diperkirakan ada di Situs Masjid Kauman Pleret. Masjid ini diperkirakan dulunya juga merupakan bagian dari Keraton Pleret. Di sinilah pusat Kerajaan Mataram Islam ketika Amangkurat I memerintah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com