KOMPAS.com – Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki sejarah besar. Catatan ini pun menjadi ‘suplemen’ terbaik untuk Konser Musik Perbatasan Malaka dan Kefamenanu (KMP-MK) 2019.
Hal itu dibenarkan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pertanian (Kementan) Muh. Ricky Fauziyani di Betun, Kabupaten Malaka, NTT, Kamis (28/3/2019).
“Malaka ini destinasi lengkap. Kekuatan alam dan budayanya itu sangat mengagumkan. Beragam tradisi terus dipertahankan sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah. Apalagi, wilayah ini memang punya sejarah luar biasa,” ungkap Ricky Fauziyani,
Mengacu kepada literatur, Suku Melus dipercaya sebagai pionir pembuat sistem masyarakat di sekitar perbatasan Tanah Timor.
Mendiami wilayah Belu, orang Melus identik dengan sebutan ‘Emafatuk Oan Ai Oan’ yang artinya, manusia penghuni batu dan kayu. Hal ini, kata Ricky, tercermin dari karakternya yang tangguh.
Adapun untuk orang Malaka, Ricky mengatakan, mereka berasal dari ‘Sina Mutin Malaka’ yang dipercaya datang dari Tiongkok atau Thailand. Para pendatang ini kemudian berlayar menuju Timor melalui Larantuka dan mendiami area Belu.
Seiring waktu, terjadi perkawinan antara warga Suku Melus dengan pendatang ‘Sina Mutin Malaka’.
“Story Malaka ini sangat menarik. Ada banyak versi terkait penyebutan asal usul nenek moyang mereka. Menariknya, masyarakat di era modern seperti sekarang tetap melestarikan tradisi yang diwariskan turun temurun,” terang Ricky.
Selain cerita nenek moyang di atas, Ricky menambahkan berkembang pula cerita mengenai trah masyarakat Tanah Timor.
Penyebutan ketiga orang tersebut pun berbeda menurut daerahnya. Untuk Makoan Faturuin menyebutnya Nekin Mataus (Likusen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin).
Para pendatang tersebut bergelar raja atau loro. Kehadiran mereka di Malaka adalah untuk menjalin hubungan dagang kayu cendana dan etnis keagamaan.
Terkait pemerintahan di waktu dulu, Ricky mengatakan bahwa dahulu di Tanah Malaka dipimpin Liurai Nain. Kekuasaan Liurai Nain pun sampai Dawan (Insana dan Biboki).
Sementara itu, Liurai Nain punya perpanjangan tangan Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain.
Masa keemasan kerajaan di Tanah Timor ditandai dengan tumbuh pesatnya Wewiku-Wehali. Mereka ini kemudian menjadi pusat pemerintahan di seluruh Malaka.