Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bukan Hanya Konser Musik, KMP-MK 2019 Tawarkan Wisata Sejarah Malaka

Kompas.com - 04/04/2019, 10:50 WIB
Mikhael Gewati

Editor


KOMPAS.com
 – Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki sejarah besar. Catatan ini pun menjadi ‘suplemen’ terbaik untuk Konser Musik Perbatasan Malaka dan Kefamenanu (KMP-MK) 2019.

Hal itu dibenarkan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pertanian (Kementan) Muh. Ricky Fauziyani di Betun, Kabupaten Malaka, NTT, Kamis (28/3/2019).

“Malaka ini destinasi lengkap. Kekuatan alam dan budayanya itu sangat mengagumkan. Beragam tradisi terus dipertahankan sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah. Apalagi, wilayah ini memang punya sejarah luar biasa,” ungkap Ricky Fauziyani,

Mengacu kepada literatur, Suku Melus dipercaya sebagai pionir pembuat sistem masyarakat di sekitar perbatasan Tanah Timor.

Mendiami wilayah Belu, orang Melus identik dengan sebutan ‘Emafatuk Oan Ai Oan’ yang artinya, manusia penghuni batu dan kayu. Hal ini, kata Ricky, tercermin dari karakternya yang tangguh.

Adapun untuk orang Malaka, Ricky mengatakan, mereka berasal dari ‘Sina Mutin Malaka’ yang dipercaya datang dari Tiongkok atau Thailand. Para pendatang ini kemudian berlayar menuju Timor melalui Larantuka dan mendiami area Belu.

Seiring waktu, terjadi perkawinan antara warga Suku Melus dengan pendatang ‘Sina Mutin Malaka’.

Story Malaka ini sangat menarik. Ada banyak versi terkait penyebutan asal usul nenek moyang mereka. Menariknya, masyarakat di era modern seperti sekarang tetap melestarikan tradisi yang diwariskan turun temurun,” terang Ricky.

Trah masyarakat Tanah Timor

Selain cerita nenek moyang di atas, Ricky menambahkan berkembang pula cerita mengenai trah masyarakat Tanah Timor.

Nampak pertunjukan Tari Likurai dari atasDok. Humas Kementerian Pariwisata Nampak pertunjukan Tari Likurai dari atas
Salah satunya adalah cerita 3 orang bersaudara dari Malaka yang datang dan tinggal di Belu dan membaur dengan Suku Melus.

Penyebutan ketiga orang tersebut pun berbeda menurut daerahnya. Untuk Makoan Faturuin menyebutnya Nekin Mataus (Likusen), Suku Mataus (Sonbay), dan Bara Mataus (Fatuaruin).

Para pendatang tersebut bergelar raja atau loro. Kehadiran mereka di Malaka adalah untuk menjalin hubungan dagang kayu cendana dan etnis keagamaan.

Kerajaan di Malaka

Terkait pemerintahan di waktu dulu, Ricky mengatakan bahwa dahulu di Tanah Malaka dipimpin Liurai Nain. Kekuasaan Liurai Nain pun sampai Dawan (Insana dan Biboki).

Sementara itu, Liurai Nain punya perpanjangan tangan Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain.

Masa keemasan kerajaan di Tanah Timor ditandai dengan tumbuh pesatnya Wewiku-Wehali. Mereka ini kemudian menjadi pusat pemerintahan di seluruh Malaka.

"Adapun untuk mempermudah sistem pemerintahan, Wewiku-Wehali mengirim Loro dan Liurai ke seluruh wilayahnya tadi.

Nah, wilayah yang didatangi Loro dan Liurai pun berkembang menjadi kerajaan. Ada Tohe Nain, Maumutin, dan Aitoon.

“Saat ini, kita masih bisa melihat jejak keberadaan mereka melalui situs-situs kerajaan yang saat ini bisa dijumpai di beberapa daerah di Malaka,” kata Ricky lagi.

Sistem kemasyarakatan

Lebih jauh Ricky menjelaskan bahwa sistem kemasyarakatan di Malaka pada waktu itu sudah sangat bagus. Mereka memiliki peradaban yang tinggi.

Secara hirarki, kata Ricky, Malaka mengenal klasifikasi 3 golongan masyarakat. Pertama, Dasi atau trah bangsawan yang menempati lapisan inti. Kelompok ini biasanya menjadi Loro, Liurai, atau Na’i secara turun temurun.

Kedua, Ranu yang tidak lain masyarakat umum dan ketiga adalah Ata atau Klason. Nama terakhir biasa disebut sebagai hamba sahaya.

“Pokoknya semua sejarah tersebut bisa dinikmati secara utuh bila berkunjung ke Malaka,” tegas Ricky.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief YahyaDok. Humas Kementerian Pariwisata Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya
Di tempat terpisah Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan bahwa sejarah Malaka yang luar biasa itu terpelihara dengan baik.

Makanya melalui KMP-MK 2019 Menpar berharap para wisatawan bisa mengenal lebih dekat dengan sejarah Malaka.

“Sejarah ini tentu menjadi daya tarik tambahan bagi Malaka. Apalagi Malaka telah didukung atraki, aksesibilitas dan amenitas terbaik,” ucap Menpar Arief Yahya.

Perlu diketahui, KMP-MK 2019 sendiri akan digelar 24-25 April 2019 di Lapangan Paroki Kamanasa (MISI), Betun, Malaka, NTT. Pada gelaran ini akan tampil Maria Vitoria, penyanyi asal Timor Leste (Tiles) dan penyanyi Indonesia Bondan Prakoso.

Tak cuma itu, konser musik tersebut juga akan menghadirkan Orkes Suling Bambu dengan dikolaborasikan nuansa tradisional khas Tanah Timor, seperti Tari Tebe, Likurai, dan Bidu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com