JAKARTA, KOMPAS.com - Pepohonan yang menjulang tinggi, suasana tenang dan pilar-pilar megah bergaya Eropa klasik menyambut siapa pun yang mengunjungi Gereja GPIB Immanuel.
Gereja yang dulu bernama Willemskerk ini merupakan warisan cagar budaya dari Belanda.
Nama Willemskerk ini diberikan untuk menghormati Raja Willem I, Raja Belanda pada periode 1813-1840.
Baca juga: Berkunjung ke Gereja Berusia 271 Tahun di Jakarta Utara, Gereja Tugu
Gereja ini mulai dibangun tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Pada 24 Agustus 1835, batu pertama diletakkan.
Semula, Gereja GPIB Immanuel hanya untuk para petinggi Hindia Belanda.
"Dulu gereja ini dibangun atas tujuan memfasilitasi para petinggi Hindia Belanda untuk ibadah di kawasan ini, yang dulu disebut kota baru," jelas Ira, pemandu wisata dalam rangkaian tur Wisata Bhineka Spesial Natal, Jelajah Gereja Kuno, Sabtu, (20/12/2019).
Baca juga: Gereja Unik di Georgia, Terletak di Puncak Tebing Batu Curam
Ketua dari Komunitas Wisata Krestif Jakarta itu juga menceritakan, dulu, kawasan Batavia (Kota Tua) sudah padat, kumuh dan sesak.
Para elit Hindia Belanda pada saat itu akhirnya memutuskan untuk mencari lokasi baru yang tidak jauh dari Batavia dengan suasana tenang.
Adapun Gereja GPIB Immanuel dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani umat protestan dari Hindia Belanda yang tinggal di kawasan yang dulu disebut Kota Baru (kini Gambir).
Seiring berakhirnya kekuasan Hindia Belanda, aturan masuk itu tak lagi berlaku. Namun suasana bangunan kemegahan tempo dulu masih terasa.
Baca juga: Sejarah Notre Dame, Gereja di Paris yang Dilanda Kebakaran Hebat
Saat masuk ke gereja ini, pengunjung seakan dibawa kembali ke era khas klasik mewah tempo dulu.
Tempat ibadah umat Protestan itu memiliki atap berbentuk kubah. Di puncaknya ada menara bundar pendek berbentuk kubus, dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun.
Bangunan ini dilengkapi dengan jendela besar khas bangunan Belanda.
Di bagian lantai dua juga terapat kursi kayu yang melingkar dan sebuah organ pipa tua buatan Jonathan Batz pada tahun 1843.