Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejauh Mana Pengembangan Desa Wisata di Indonesia?

Kompas.com - 31/03/2021, 06:52 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Desa wisata merupakan program unggulan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Mengutip Kompas.com, Sabtu (27/3/2021), RP JMN 2020-2024 Kemenparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024.

Dari 244 desa wisata,150 di antaranya berada di lima destinasi super prioritas dan akan diperluas. Lantas, sejauh mana pengembangan desa wisata sudah berjalan?

Baca juga: Rencana NTB Kembangkan 99 Desa Wisata Secara Bertahap

“Persiapan dan pendampingan terhadap desa wisata terus dilakukan guna mencapai target 244 desa wisata maju-mandiri dan tersertifikasi desa wisata berkelanjutan pada 2024,” kata Menparekraf Sandiaga Uno kepada Kompas.com, Selasa (30/3/2021).

Melihat persiapan dan pendampingan yang saat ini tengah dilakukan, dia memaparkan bahwa banyak pihak termasuk DPR meminta jumlah target desa wisata ditingkatkan.

Revitalisasi toilet di desa wisata

Sandiaga mengatakan bahwa beberapa waktu lalu pihaknya telah meluncurkan pilot program revitalisasi toilet di beberapa desa wisata. Nantinya, program akan terus didorong dan diperluas.

Dalam revitalisasi tersebut, berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Kamis (15/1/2021), Sandiaga menggandeng Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) untuk bekerja sama dalam memberi kenyamanan kepada wisatawan.

“Menurut saya, senyata-nyatanya kalau kita mau revolusi sektor wisata itu harus dimulai dari toilet karena ini adalah tempat yang tidak bisa kita wakilkan untuk datang,” ujar dia.

Baca juga: Luhut Sampai Turun Tangan, Ini Pentingnya Kualitas WC di Tempat Wisata

Untuk revitalisasi toilet, menurut Kompas.com, Minggu (14/3/2021), Kemenparekraf memiliki syarat khusus yang harus dipenuhi.

Di antaranya adalah toilet harus memiliki aliran udara atau ventilasi yang ada di bawah yakni sekitar 20 sentimeter dari lantai.

“Lalu nanti kalau itu toilet duduk, pada saat kita flush, SOP-nya adalah harus ditutup, sehingga tidak ada bakteri atau virus yang beterbangan dari toilet itu. Itu SOP baru di zaman Covid,” ungkap Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hari Santosa Sungkari.

Gandeng lembaga pendidikan tinggi

Dalam upaya mengembangkan desa wisata, Sandiaga menjelaskan, pihaknya juga akan bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian lain di Indonesia.

“Kajian dampak pengembangan desa wisata ini rencananya akan dilaksanakan pada 2021 bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan lembaga penelitian lainnya,” ujarnya.

Tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (dok. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah)dok. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah Tempat wisata bernama Desa Wisata Bilebante di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (dok. GoMandalika.com | Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lombok Tengah)

Beberapa prakomponen yang akan dikaji adalah mulai dari proses design thinking menjadi konsep pemetaan lokasi dan potensi. Kerja sama juga akan membahas soal penggalian, pelatihan, pendampingan, dan konstruksi sosial.

Baca juga: Desa Wisata, Tempat yang Tepat untuk Belajar Kearifan Lokal

“Ketiga, situs media sosial konten manual dan SOP. Keempat, infrastruktur fisik dan homestay. Kelima, wahana komunitas, laboratorium peralatan, dan tim untuk litban. Karenanya diperlukan kolaborasi dan inovasi antara kementerian dan lembaga terkait, masyarakat lokal, serta pemerintah daerah,” kata Sandiaga.

Dia melanjutkan, pihaknya harus bekerja sama dengan banyak pihak dan saat ini membuka pintu untuk kerja sama dengan pihak lain termasuk komunitas yang bisa berkontribusi bagi desa wisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com