MANADO, KOMPAS.com - Padies Kimuwu merupakan salah satu tempat wisata berbasis alam dan budaya di Minahasa.
Tempat wisata ini tepatnya berlokasi di Desa Warembungan, Pineleng, Minahasa, Sulawesi Utara.
Wisatawan bisa menyaksikan panorama nan indah lantaran memiliki ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.
Baca juga: Desa Wisata Budo Minahasa Utara, Cocok untuk Berburu Sunset
Dari tempat ini, pengunjung dapat dibuat terkesima karena bisa melihat pemandangan Kota Manado dan panorama Gunung Klabat, serta perairan Pulau Bunaken, Siladen dan Manado Tua.
Selain menjajakan keindahan alam, Padies Kimuwu juga menyimpan situs budaya peninggalan leluhur masyarakat Minahasa berupa Batu Siouw Kurur dan Batu Marengke. Kedua batu itu sampai saat ini masih terawat di bukit yang memiliki luas sekitar 20 hektar.
Pemilik Padies Kimuwu bernama Reinhard Yohanes menjelaskan mengenai kedua batu peninggalan leluhur masyarakat Minahasa itu.
Menurut dia, Batu Marengke dipercaya sebagai tempat singgah seorang panglima perang bernama Empung Totokai, dalam menyambut kemenangan.
"Jadi Watu (batu) Marengke, ada satu gerakan di dalam satu upacara adat untuk menyambut kemenangan. Biasanya para warane atau kesatria jaman dahulu, mereka-mereka akan menari mengelilingi batu dan gerakannya itu marengke," ucap dia Senin (7/8/2023).
Sementara itu, Batu Siouw Kurur merupakan batu yang dipercaya sebagai peninggalan Siouw Kurur. Konon ia adalah seorang raksasa yang memiliki tinggi tubuh sembilan kaki.
Menurut Reinhard, peninggalan batu Siouw Kurur ini tak hanya ada di Kimuwu saja, melainkan ada Tombulu dan Minahasa Utara.
"Dipercaya tiga tempat inilah yang sering dikunjungi dan ditinggalkan batu," ujar dia.
Baca juga: Kolintang, Alat Musik Tradisional Minahasa yang Universal
Dalam kesempatan itu, Rainhard mengatakan, para leluhur masyarakat Minahasa juga menjadikan perbukitan Kimuwu sebagai tempat berkumpul pada zaman Tasikela atau era Spanyol.
Kala itu, para leluhur dari empat etnis di Minahasa mengadakan rapat setelah adanya penghinaan bangsa Spanyol terhadap walak.
Di sana, mereka juga mengadakan stategi perang serta memantau pergerakan bangsa Spanyol dari atas ketinggian perbukitan.
"Jadi peraturan strategi di sini, mereka berkumpul sambil mengamati. Kemudian terjadilah pecah perang dan akhirnya berhasil mengusir penjajah," ucap Reinhard.
Berdasar hal itu, lanjut Reinhard, pertemuan untuk menghimpun kekuatan kekuatan perang itu menjadi cikal bakal penamaan Minahasa.
"Sebenarnya kata 'Minahasa' itu berasal dari tempat sini (Kimuwu). Kenapa? karena Mina itu dikatakan sebagai Minahesa. Minahesa itu artinya berkumpul menjadi satu," jelas dia.
Baca juga: Pantai Sampirang, Pasir Putih Eksotis Nan Elok di Minahasa Utara
Bagi Anda yang ingin mengunjungi tempat wisata ini dapat menggunakan kendaraan motor, mobil atau bahkan bus.
Waktu tempuhnya tak lebih dari satu jam dari Kota Manado atau Tomohon. Anda bisa berkunjung ke wisata berbasis budaya dan alam ini setiap hari, mulai pukul 07.00 WITA hingga 21.00 WITA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.