Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indahnya Selat Sunda dari Menara Siger

Kompas.com - 15/09/2010, 15:51 WIB

KOMPAS.com — Irwan (43) menyandarkan tubuhnya ke tembok, beralaskan lantai yang hangat. Wajah pemudik asal Jakarta yang mulanya terlihat letih ini sirna seketika seusai melihat pemandangan menakjubkan di depannya, Senin (13/9/2010).

Di depannya terhampar pemandangan indah Teluk Lampung dan Selat Sunda dengan lautnya yang berwarna biru temaram. Hadirnya gugusan pulau berwarna hijau kian menambah lengkap indahnya pemandangan di siang yang cerah itu.

Pemandangan Kepulauan Lunik, Teluk Lampung, dan Selat Sunda siang itu terlihat layaknya giok-giok dan zamrud di atas hamparan kanvas berwarna biru. "Pemandangannya sungguh indah. Senang sekali bisa ada di sini," tutur Irwan.

Pemandangan yang indah ini tersaji dari puncak bukit di Menara Siger, Bakauheni, Lampung. Dari atas bukit ini pula terlihat belasan kapal roro (roll-on roll-off) hilir mudik ke dermaga-dermaga di Pelabuhan Bakauheni. Kesibukan di pelabuhan ini saat arus balik pun terlihat.

Desir semilir angin sesekali pecah oleh suara klakson kapal roro yang terdengar membahana. Puluhan pengunjung di sini nampak asyik bersantai menik mati suasana, sementara sebagian lainnya bernarsis ria mengabadikan dirinya beserta pemandangan indah itu.

Sebetulnya sudah sejak lama warga Jakarta ini memendam penasaran ingin mampir ke salah satu ikon baru di bumi Sai Ruwai Jurai ini. "Kalau kita turun dari kapal, ini (menara Siger) mesti sudah terlihat dari kejauhan," ujarnya.

Ya, bagi mereka yang kerap melintasi Selat Sunda atau turun ke Pelabuhan Bakauheni menggunakan jasa kapal roro, Menara Siger ini memang mencolok mata. Bangunan tinggi yang berwarna merah dan emas ini terlihat menonjol di puncak bukit karst. Di bawahnya terlihat tulisan besar Lampung.

Menara Siger yang tingginya mencapai 32 meter dan terdiri dari enam lantai ini adalah landmark atau penanda di pintu masuk ke provinsi terujung selatan di Sumatera ini. Sesuai dengan namanya, menara yang konstruksinya dibuat tahun 1995 ini berbentuk menyerupai siger yaitu mahkota adat pengantin wanita di Lampung.

Prinsip-prinsip konstruksi bangunan yang diarsiteki salah satu tokoh Lampung, Anshori Djausal, ini mengadopsi elemen perahu sebagai salah satu simbol Nusantara. Bangunan ini terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan pula sembilan kebuaian (marga adat) di Lampung.

Bangunan ini sekaligus merupakan simbol tatanan sosial masyarakat di Lampung. Ini terlihat dari ornamen arsitektur berupa payung tiga warna (putih, kuning, dan merah) di atas puncak menara. Ornamen ini menandakan bahwa masyarakat adat Lampung masih memiliki struktur strata sosial. Bangunan ini juga memiliki ukiran bercorak kain tapis khas Lampung.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com