Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suasana Paris Van Java "Jadul" Di Kota Baru

Kompas.com - 07/04/2013, 16:35 WIB
Kontributor Bandung, Putra Prima Perdana

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Bayangan tentang Kota Bandung atau yang dikenal dengan Paris Van Java tempo dulu, bagi sebagian besar masyarakat bisa jadi membuat penasaran. Namun rasa penasaran itu bisa diobati jika mampir ke acara Bandung Baheula yang diselenggarakan di Koridor Tempoe Doeloe Kota Baru Parahyangan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Suasana Bandung bernuansa jadul begitu terasa di acara yang diselenggarakan dari tanggal 6 hingga 7 April 2013 ini. Pengunjung akan diajak bernostalgia dengan foto-foto dan juga pameran barang-barang antik yang menggambarkan kegiatan Bandung tempo dulu ketika memasuki lorong panjang yang diberi nama Galeri Bandung Baheula.

Dalam lorong sepanjang 60 meter dan lebar 6 meter itu, pengunjung begitu antusias melihat sejarah dan lukisan cahaya Kota Kembang lama yang disuguhkan oleh beberapa museum. Museum itu antara lain Museum Sribaduga , Museum Pos Indonesia, dan Museum Koleksi Khazanah Bahari.

Tak hanya memorabilia tentang sejarah Bandung, beberapa barang seperti mobil-mobil antik, sepeda motor antik, alat pemutar, dan segala macam benda yang memiliki nilai sejarah ikut menghiasi lorong Galeri Bandung Baheula ini. Kentalnya nuansa nostalgia Bandung jadul juga terasa ketika beberapa orang yang mengenakan kostum-kostum bergaya kolonial Belanda berkeliaran mengitari area acara.

Orang-orang berkostum ala noni Belanda, meneer Belanda, tentara kolonial, dan tak ketinggalan jawara berbaju pangsi hitam menjadi daya tarik tersendiri untuk para pengunjung. Tak jarang mereka pun terlihat diajak berfoto bareng untuk menambah sisi jadul dalam gambar.

Di luar galeri, telinga pengunjung juga tak diberi kesempatan untuk lepas dari nuansa klasik. Lagu-lagu berbahasa Belanda mengalun di setiap alat pengeras suara yang dipasang sepanjang lokasi.

Kembali ke dalam lorong, selain musik-musik klasik, terkadang kutipan siaran radio dan pidato berbahasa Belanda juga berkumandang mengiringi rasa penasaran pengunjung. JIka pengunjung membawa uang lebih dan senang berburu barang-barang antik, mungkin festival ini bisa memanjakan hasrat dalam mengkoleksi benda-benda kuno.

Pasalnya, beberapa stan memberikan kesempatan untuk bertransaksi jual beli. Barang yang dijual pun beraneka ragam, mulai dari alat pemutar piringan hitam, radio antik, koin-koin antik, sepeda motor klasik, hingga pernak-pernik dan pajangan kuno bergaya Eropa.

Tak melepaskan sisi edukasi, selain soal sejarah masa lalu Bandung yang terkenal akan kesejukannya, anak-anak juga diajak untuk bermain permainan rakyat Indonesia yang saat ini mulai tergantikan oleh kehadiran video game. Permainan seperti Lelempengan, Egrang, Bakiak, Batok, Dam-daman, Congklak dan lainnya, terasa menambahkan sisi tradisional di tengah nuansa kolonial.

"Kita ingin memberikan suasana nostalgia Bandung jaman dulu kepada masyarakat. Selain itu dari sisi edukasi kita berharap agar pengunjung mengetahui sejarah tentang Kota Bandung," ujar Director Festival Bandung Baheula Gayanugrah, saat ditemui Kompas.com di sela acara, Sabtu (6/4/2013).

Ia mengakui nuansa jadul yang dikemas dalam acara tersebut belumlah sempurna untuk mewakili Kota Bandung lama. Namun dirinya yakin nuansa klasik yang disuguhkan bisa menimbulkan suasana nostalgia untuk mereka yang mengalami maupun pengetahuan bagi yang belum lahir pada masanya.

"Bicara Bandung baheula kita tidak dapat memastikan dari sudut mana itu bisa dikatakan baheula atau jadul tapi melalui riset, kita harap bisa menghadirkan sisi nostalgia, mungkin lima puluh persen lebih," ujarnya.

Sementara itu, di tempat yang sama, Marketing Manager Kota Baru Parahyangan Reymond Hadipranoto mengatakan, Festival Bandung Baheula yang kedua ini sudah lebih sempurna dari festival serupa tahun lalu. Tahun ini, konsep acara yang jadul bergabung dengan bangunan permanen bergaya art deco kolonial.

"Seperti konsep dari Kota Baru Parahyangan sebagai kota mandiri berwawasan pendidikan dengan mengembangkan ada 3 pilar yaitu sejarah, pendidilkan dan budaya. Khusus acara ini, diambil dari pilar sejarah dengan pengembangan dari koridor tempo dulu yang sengaja mengusung konsep art deco kolonial," ucapnya.

Selain memanjakan pengunjung dengan pameran dan juga nuansa Bandung zaman dulu, beberapa artis lokal Kota Kembang seperti BIMBO, Time Bomb Blues, Mat Bitel, 4 Peniti, Angklung AWI, dan Keroncong Oxygen akan meramaikan dua panggung yang telah disiapkan oleh panitia.

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com