Udara yang sejuk malam itu di Hongkong membikin perut dan lidah, mulai merajuk ingin dimanja. Tekad sudah bulat untuk mencari restoran Yung Kee yang tersohor akan kelezatan angsa panggangnya. Kami sedikit deg-degan khawatir tak mendapat meja karena tak sempat reservasi terlebih dahulu. Untunglah kekhawatiran itu tak terwujud. ”Angsa panggangnya terkenal banget, gurih manis,” kata Willy Wilson (28), orang Indonesia yang pernah tinggal di Hongkong.
Ucapan Willy itu membuat kelenjar saliva mulai berdesir. Kami menuju kawasan Central, tepatnya di Wellington Street. Jalan satu arah ini tak terlalu lebar, terentang di antara Wyndham Street dan Queen’s Road Central. Di antara deretan toko dan restoran, Yung Kee tampak cukup mencolok dalam warna keemasan pada fasad bangunan.
Restoran dua lantai ini rupanya sudah dipenuhi pengunjung. Di sebagian besar meja pengunjung tampak sajian angsa panggang mendominasi. Kami pun langsung memesan menu yang sama. Tak berapa lama seorang pelayan perempuan mengantarkan sepiring angsa panggang berwarna coklat karamel berkilat-kilat lalu meletakkannya dengan takzim di meja kami. Aromanya yang menggoda membuat tangan ingin segera mencomot seiris dagingnya. Untung saja segera teringat ”kewajiban” memotret hidangan ini sebelum ditandaskan.
Semangkuk nasi putih pulen yang hangat dan irisan-irisan angsa panggang serta-merta menjadikan hari itu terbungkus sempurna. Kami makan dalam diam menyesapi kelezatannya hingga ke tulang belulang. Serat daging angsa yang cukup halus terasa lembut sekaligus legit saat dilumat di dalam mulut. Kelegitan cita rasa serat-serat daging ini disempurnakan oleh bagian kulitnya yang rupanya renyah-renyah basah. Glek..!
Cairan yang membasahi angsa panggang ini merupakan sari yang merembes keluar saat pemanggangan lalu bercampur dengan saus perendam berbasis kedelai. Meski tampak ada pulau-pulau minyak di permukaan cairan, percayalah konsistensi sari angsa ini encer dan ringan di lidah. Jika suka, kita boleh mencelup-celupkan irisan daging angsa ke dalam kecap encer kecoklatan yang disajikan bersamaan.
Tim’s Kitchen
Keesokan malamnya jadwal makan malam enak berikutnya adalah restoran Tim’s Kitchen. Restoran ini terletak di kawasan Sheung Wan. Selain di Hongkong, restoran ini juga berdiri di Makau dan Shanghai, China. Restoran ini cukup populer karena sempat meraih bintang Michelin, predikat yang prestisius dalam bisnis kuliner. Meski begitu, rata-rata harga menu di restoran ini cukup ramah di dompet sekalipun tersemat penghargaan berkelas tersebut.
Kami langsung memesan beberapa menu sekaligus yang kerap disebut-sebut sebagai favorit di restoran ini. Sedikit kalap, kami memesan kepiting goreng (deep-fried whole fresh crab claw with peppercorn salt), ayam panggang renyah (crispy chicken), daging angsa gulung (chilled marinated goose meat roll), tahu sutra (braised tofu), dan tak lupa sayuran dengan jamur hitam (stewed seasonal vegetables with black mushrooms).
Penampilan ayam panggang ini mirip dengan angsa panggang Yung Kee yang masih membetot kenangan. Warna kecoklatan karamel dengan aroma harum gurih yang menggoda. Bagian dalam daging yang empuk terasa lebih kesat daripada serat daging angsa Yung Kee. Cita rasa gurih yang kuat didominasi oleh kulit yang renyah dan berkaramel. Kerenyahan kulit ayam panggang ini juga terasa lebih kesat, tetapi berlemak. Menikmatinya berganti-ganti dengan setup sayuran dan jamur menjadi cara terbaik untuk mencapai harmoni rasa yang pas.
Kepiting goreng dari Tim’s Kitchen terasa lebih mengesankan. Kepiting ini tersaji dalam potongan-potongan siap santap sehingga tak perlu repot dengan alat bantu. Rasa gurih asin cukup dominan sehingga paling nikmat disantap bersama nasi putih pulen yang hangat. Gigitan pertama yang berbunyi kres-kres sungguh menggugah hasrat untuk menandaskan seluruh potongan kepiting di piring saji.
Sementara kue sagu dengan biji lotus alias teratai rupanya juga didominasi rasa manis yang gurih dengan kekenyalan khas kue berbahan sagu. Manisnya hidangan penutup ini menjadi kian lengkap dengan menyeruput teh almond atau susu almond hangat yang untunglah tak terlalu manis. Kami lalu menepuk-nepuk perut yang mengaku bahagia malam itu.
Perut marem, lidah puas, dompet tentrem. Hmm.... (Sarie Febriane)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.