Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkab Jadikan Wakatobi sebagai Surga Bawah Laut

Kompas.com - 07/02/2014, 14:01 WIB
Nicky Aulia Widadio

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Sudjito mengungkapkan visi Pemkab untuk menjadikan Wakatobi sebagai surga di tengah segitiga karang dunia. Hal ini sejalan dengan predikat cagar biosfer yang dianugerahkan kepada Taman Nasional (TN) Wakatobi April 2012 lalu.

"Surga itu kita maknai sebagai kebahagian yang dimiliki oleh masyarakat Wakatobi dengan modal dasar yang dimiliki dan berdampak pada kesejahteraan," ujar Sudjito di Pisa Café Mahakam, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2014).

Untuk mencapai visi tersebut, Pemkab Wakatobi didukung oleh Balai Taman Nasional (BTN), The Nature Conservacy (TNC), dan WWF Indonesia berupaya melakukan berbagai kegiatan rutin. Kegiatan tersebut berupa pelibatan masyarakat kampung dan tokoh adat dalam penyuluhan, pelatihan dan penguatan kearifan lokal, monitoring biota laut, dan penguatan kelembagaan di berbagai tingkat. “Tidak mungkin juga rakyat kami hanya akan menjadi penonton, juga harus aktif berperan,” ungkap Sudjito.

Predikat cagar biosfer menuntut TN Wakatobi untuk menyinergikan konservasi keanekaragaman hayati, kemajuan sosial ekonomi, dan pelestarian budaya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

“Apabila kelestarian cagar biosfer tidak bisa dipertahankan, UNESCO bisa menarik kembali predikat cagar biosfer. Kalau kita mempertahankan kelestarian, otomatis sudah mempertahankan status cagar biosfer. Saya rasa masyarakat lokal juga tidak ingin lingkungannya rusak, karena kehidupan mereka ada di situ. Kalau rusak, mereka akan susah," ujar AG Martana, Kepala BTN Wakatobi.

Menurut data yang dipaparkan Sudjito, jumlah kunjungan wisatawan ke Wakatobi telah meningkat dari 6.400 wisatawan pada 2008 menjadi 11.650 wisatawan pada 2013. Selain itu, pertumbuhan ekonomi meningkat hingga 8,10 persen. Artinya, kemajuan sektor pariwisata dan ekonomi masyarakat Wakatobi berjalan seimbang.

KOMPAS.com/Indra Akuntono Dua buah kapal di Pulau Hoga, Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Sabtu (12/10/2012).
Kemajuan tersebut membuat masyarakat Wakatobi sepakat dengan adanya kerja sama antara berbagai pihak untuk mencapai visi Pemerintah Kabupaten Wakatobi.

“Kami sepakat bahwa kita harus bekerja sama dengan TNC, Pemda, Taman Nasional dan masyarakat adat itu sendiri dalam rangka memelihara dan melestarikan alam. Di masyarakat adat, hutan dan laut menjadi hal yang sangat penting untuk dijaga dan diselamatkan," ungkap Usman, Tokoh Adat Wangi-wangi, salah satu pulau besar di Kabupaten Wakatobi.

Sementara bagi mereka yang melanggar upaya konservasi, sanksi sosial lah yang menjadi ganjarannya. “Masyarakat Wakatobi lebih takut dengan hukuman sosial dibanding ancaman penjara. Dengan hukuman sosial, bisa saja dikucilkan," ujar Sudjito.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com