Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Wisata Alam di Kinabalu

Kompas.com - 16/06/2015, 09:32 WIB
PARA penyelam riang menikmati indahnya bawah air. Terumbu karang subur, ikan warna-warni berenang bebas. Di bagian lain, wisatawan meluncur dengan flying fox antarpulau di atas laut biru kehijauan. Hotel-hotel berdiri di satu pulau untuk meminimalkan gangguan pada alam. Itulah Taman Laut Tunku Abdul Rahman di kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Fasilitas rekreasi komplet bersanding dengan edukasi di Taman Laut Tunku Abdul Rahman. Taman laut seluas 4.929 hektar itu rumah bagi tujuh dari total 30 spesies ikan badut (Amphiprion sp) di dunia.

Kerang raksasa (Tridacna gigas) juga ada di sana. Tujuh dari sekitar 10 spesies kerang besar hidup tinggal pula di sana. Tunku Abdul Rahman berstatus taman nasional dengan perairan menghampar di dua pertiga kawasannya. Sisanya berupa Pulau Gaya, Sapi, Mamutik, Manukan, dan Sulug.

Satwa khas seperti bekantan (Nasalis larvatus), burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mengembara. Tak hanya satu, taman laut itu dilengkapi dua wahana edukasi besar: Borneo Reef World dan Marine Ecology Research Center.

Tak tanggung-tanggung, Borneo Reef World adalah ponton terbesar di Asia Tenggara dan kedua terbesar di dunia. Ponton itu memiliki panjang 37,5 meter, lebar 24,5 meter, dan tinggi 11,8 meter. Sejak tahun 2013, Borneo Reef World melengkapi Taman Laut Tunku Abdul Rahman.

Di situlah pentingnya edukasi kelautan ditekankan. Begitu menjejakkan kaki, wisatawan dikenalkan berbagai jenis ikan di jaring apung dalam ponton. Gabus laut (Rachycentron canadum), kuwe gerong (Caranx ignobilis), dan kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) berenang hilir mudik.

Ikan-ikan itu berukuran besar. Panjang gabus laut sekitar 2 meter. Pengunjung dibekali potongan ikan mentah untuk dilempar ke jaring. Serta-merta, ikan-ikan rakus berebut makanan. Air berkecipak terciprat dari kibasan ikan-ikan ke arah tamu yang menjerit, tertawa.

Managing Director Borneo Reef World Theresa Tham, pertengahan Mei 2015, menyambut tamu dengan ramah. Ia antusias menerangkan spesies-spesies ikan. Pemeliharaan ikan tidak bertujuan komersial. Meski umum dikonsumsi, ikan-ikan itu tidak dijual. Murni untuk menambah pengetahuan.

”Kami mau mempromosikan kesadaran mengenai kehidupan laut yang berkelanjutan dan pengunjung membawa pesan melestarikan kehidupan laut,” ujarnya. Scuba walk menjadi atraksi lain untuk berinteraksi langsung dengan biota laut. Tamu mengenakan helm bening tersambung selang oksigen.

Ponton memiliki serambi bawah laut. Saat berjalan di serambi itulah tamu dikerumuni ikan-ikan kecil. Tamu mengangsurkan daging ikan yang langsung diserbu. Lahap. Ikan-ikan karang seukuran telapak tangan kadang salah mengira jari-jari penyelam adalah makanannya.

Ratusan ikan berwarna putih, kuning, dan hitam memagut jemari bagai cubitan ringan, tetapi tak terasa nyeri.

Beranda yang sama digunakan wisatawan yang hendak belajar menyelam. Wisatawan pun dibuat terpukau dengan akuarium bawah laut. Ikan anthias ungu (Pseudanthias tuka), damsel biru (Pomacentrus pavo), dan kepe-kepe pelana ganda (Chaetodon ulietensis) yang indah berlenggak-lenggok di jendela akuarium.

Di sekitar ponton, pengunjung bebas snorkeling. Di kedalaman 5 meter, pemandangan menakjubkan. Karangnya indah dengan koral yang sehat. Setelah lelah beraktivitas, tamu bersantai sambil menikmati indahnya panorama matahari sore di antara Pulau Gaya dan Sapi.

”Setiap 3-4 bulan kami berpindah tempat supaya pertumbuhan koral di bawah ponton tetap sehat,” ujar Tham.

Pusat edukasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com