Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajanan Tradisional sejak Zaman Belanda Ini Ramai Diburu

Kompas.com - 22/07/2016, 15:32 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

SURAKARTA, KOMPAS.com - Sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB, tampak orang-orang berkerumun silih berganti di depan penjual makanan khas Solo, lenjongan. Mereka berdiri sambil menunjuk aneka camilan warna-warni untuk dibeli dan dibawa pulang.

Dengan sabar mereka berdiri untuk menunggu dilayani oleh penjual lenjongan, Yu Sum (56). Dengan cekatan Yu Sum membungkus gethuk, gatot, cenil, sawut lalu ditaburi parutan kelapa dan diletakkan di atas etalase kecil tempat ia berjualan.

"Saya membeli 12 bungkus untuk teman-teman di kantor. Kebetulan lewat tadi kepingin," kata seorang pegawai bank di Solo, Yessi (32) kepada KompasTravel sambil menunggu lenjongan di Pasar Gede Hardjonagoro, Jumat (22/7/2016).

Ia mengaku, sejak kecil sudah memakan lenjongan di Pasar Gede. Yessi menceritakan orang tua sering mengajaknya untuk membeli lenjongan. Jajanan tradisional zaman penjajahan Lenjongan adalah jajanan tradisional Solo yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lenjongan terdiri dari beberapa macam makanan, misalnya tiwul, ketan hitam, ketan putih, gethuk, sawut, cenil, dan klepon. Yu Sum menceritakan, sejak zaman penjajahan, lenjongan telah dikenal sebagai jajajan di Solo.

Usaha lenjongan dimulai dari generasi nenek Yu Sum hingga kini anak perempuannya ikut berjualan lenjongan di Pasar Gede.

"Kalau nenek sudah berjualan dulu sejak tahun 1930 di Pasar Gede. Terus ibu saya juga jualan. Saya dulu waktu kecil ikut bantu-bantu lalu saya buka di Pasar Gede sebelum tahun 1963," jelas perempuan bernama lengkap Suminem ini kepada KompasTravel saat ditemui di Pasar Gede.

Yu Sum kini masih berjualan lenjongan di Pasar Gede. Ia mengaku hampir seumur hidup tetap setia berjualanan lenjongan. "Saya ini sekarang dibantu oleh keponakan. Mulai bikin lenjongan untuk dijual sejak jam tiga pagi," ujar Yu Sum yang berasal dari Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo ini.

Ia menceritakan, lenjongan di Pasar Gede masih bisa ditemui dengan mudah. Di Pasar Gede sendiri terhitung masih terdapat tiga orang penjual lenjongan. Dari catatan sejarah, rakyat Indonesia terbiasa makan singkong sebagai pengganti nasi. Di tengah kemiskinan, mengonsumsi singkong bukan pilihan, tapi sebuah keharusan demi mengisi perut.

KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO Yu Sum (56), penjual lenjongan di Solo, Jateng. Lenjongan adalah jajanan tradisional Solo yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Lenjongan terdiri dari beberapa macam makanan, misalnya tiwul, ketan hitam, ketan putih, gethuk, sawut, cenil, dan klepon.
Saat ini, olahan singkong masih terlihat dari eksistensi penganan seperti lenjongan. Kudapan itu seperti tak lekang waktu hingga kini. Aneka rasa dari olahan ketela ketika mencicipi lenjongan, di mana rasa manis mendominasi lenjongan.

Terdapat pilihan gula seperti gula putih, gula jawa, dan gula campur kedelai. Pembeli bisa memilih rasa manis dari varian gula tersebut. Tekstur kenyal lenjongan terasa gurih dari parutan kelapa yang ditabur di atas lenjongan.

Ketika menggigit kelepon, gula jawa akan lumer memenuhi mulut. Suguhan lenjongan sendiri berasal dari olahan ketela. Seperti diketahui, ketela/singkong adalah makanan subtitusi pengganti makanan yang kaya akan karbohidrat.

Yu Sum menjual lenjongan di Pasar Gede dari pukul 07.00 - 14.00 WIB. Seporsi lenjongan dengan aneka pilihan isi ditawarkan dengan harga Rp 4.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

5 Air Terjun di Probolinggo, Ada Air Terjun Tertinggi di Jawa

Jalan Jalan
4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com