Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Si Manusia Tropis, dari Jakarta ke Pegunungan Alpen Perancis

Ya, saya kini sedang berada di Les Avanchers, Rhone-Alpes, Valmorel, Perancis. Sebagai manusia yang tinggal di negara tropis, bisa dibilang salju adalah mimpi untuk saya.

"WAP, Silakan jalan ke Club Med. Mas Inu sudah ok. Siap-siap April. Jaga kondisi," tulis I Made Asdhiana selaku editor dalam pesan singkat kepada saya Februari lalu dalam rangka penugasan liputan Media Trip Club Med Valmorel & Club Med Grand Massif Samoens at Mount. Alps - France dari Club Med Indonesia - H.I.S Tour & Travel Indonesia.

Saya langsung menerima penugasan liputan tersebut. Dalam imajinasi, saya sudah membayangkan bermain ski di salah satu bukit di gugusan Pegunungan Alpen, Perancis. Bahkan lebih jauh, saya ingin mendaki Mount Blanc bila ada kesempatan.

"Tetangganya dulu didaki. Aklimatisasi," kata Made.

"Hello teman semuanya. Visa Perancis kita sudah keluar. So, ready for the holiday," tulis Melly dalam pengumuman di Whatsapp Group Europe ClubMed Trip tanggal 24 Maret.

Ponsel saya kembali bergetar di awal bulan April. Saya cek, rupanya ada pesan Whatsapp di grup Europe ClubMed Trip. Begitu dibuka, ternyata Melly mengirimkan dokumen elektronik yaitu tiket pesawat. Saya semakin tak sabar. Bayangan melihat pucuk-pucuk gunung berwarna putih makin dekat.

Tanggal keberangkatan makin di depan mata. Untuk urusan perlengkapan musim dingin, saya mencoba mencari di sebuah toko perlengkapan musim dingin di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta.

Saya rasa, semua sudah siap. Tiket, perlengkapan musim dingin, fisik yang bugar, alat dokumentasi, dan segala macam perintilan lain sudah saya miliki.

Malam sebelum keberangkatan, saya masih cukup sibuk untuk mengemas barang. Namun, semua berjalan dengan lancar. Siang hari sekitar pukul 13.00 WIB, saya pamit kepada orang tua.

Orang tua saya hanya berpesan untuk menjaga diri di negeri orang. Ya, saya berpisah dengan keluarga, teman, dan sahabat sejauh lebih dari 11.000 kilometer untuk sementara.

Saat saya baca pesan itu, saya sudah di area Bandara Soekarno-Hatta.

Saya balas, "Baru masuk bandara."

Jam menunjukkan pukul 15.40 WIB. Dua jam lagi saya akan meninggalkan tanah air tercinta, tempat saya dilahirkan.

Ternyata, waktu boarding kami lebih cepat. Sekitar pukul 16.30 WIB, kami sudah diminta untuk masuk ke dalam pesawat. Kami bergegas masuk ke dalam pesawat Airbus A330-200 untuk menuju Abu Dhabi dan melanjutkan ke Jenewa, Swiss. Dalam perencanaan, dari Jenewa ke Valmorel kami menggunakan moda transportasi mobil selama 2,5 jam.

Mesin pesawat mulai menderu. Semua penumpang pesawat sudah masuk. Saya duduk di kelas ekonomi. Di sekitar saya, banyak terlihat rombongan umrah. Ya, perjalanan panjang menuju gunung salju di Pegunungan Alpen pun dimulai.

Untuk bisa tiba di Abu Dhabi, penerbangan ditempuh sekitar delapan jam. Pesawat saya terbang langsung ke Abu Dhabi. Ini juga pengalaman saya terbang jarak jauh di atas 8 jam. Kemudian, perjalanan dari Abu Dhabi ke Jenewa sekitar enam jam. Bagi saya, ini adalah perjalanan panjang seorang manusia tropis menuju area sub tropis yang bersalju.

Perjalanan panjang ke Eropa ini untungnya dilakukan malam hari. Saya bisa sedikit tidur untuk menghilangkan kantuk. Ya, juga sekadar untuk mengurangi efek jet lag. Beberapa kali, saya mengotak-atik fasilitas inflight entertainment pesawat untuk mengusir rasa bosan selama perjalanan.

Saya berhasil mencetak tetapi dua teman saya terkena kebijakan over booking yang dilakukan oleh Etihad. Petugas menyarankan untuk kembali lagi untuk mengecek ketersediaan kursi.

Singkat cerita, dua teman saya mesti terbang ke Roma terlebih dahulu. Setelah itu, baru terbang ke Jenewa. Waktu keberangkatan kami terpaut sekitar dua jam.

Cahaya matahari pagi memendar masuk ke dalam pesawat lewat jendela. Pilot mengumumkan lewat pengeras suara di dalam kabin bahwa pesawat akan mulai menurunkan ketinggian dan bersiap untuk mendarat di Jenewa dalam beberapa saat.

Dari balik jendela, pucuk-pucuk putih gunung salju terlihat. Itulah pertama kali saya melihat gunung salju dengan mata kepala sendiri.

Sempat terdiam beberapa saat dan berpikir, apakah yang panorama di depan mata saya itu nyata?

Suhu pagi itu saya perkirakan sekitar di bawah 10 derajat. Musim dingin memang sudah akan berakhir tetapi angin masih terasa dingin. Namun, fajar pertama di Eropa terasa obat untuk menghangatkan tubuh.

Dari bandara, perjalanan saya lanjutkan ke Valmorel menggunakan mobil. Tak menunggu lama, kami langsung meluncur menuju Valmorel di ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Tak ada kemacetan sepanjang jalan yang kami temui. Sekitar 15 menit dari bandara, kami resmi meninggalkan Jenewa, Swiss alias mulai masuk ke negara Perancis.

Lagi-lagi saya dibuat candu dengan panorama salju. Di perjalanan, gugusan Pegunungan Alpen membentang. Ya, tentu dengan salju yang menghampar.

Ah, begitu indahnya dan membuat saya tertantang untuk mendaki. Pemandangan rumah-rumah tradisional berbahan kayu serta Lac d' Annecy (Danau Annecy) terlihat memanjakan mata.

Oh ya, saya duduk di kursi depan. Jadi bisa dibayangkan, pemandangan gunung salju bisa dilihat dengan jelas.

Perlahan mobil mulai menambah ketinggian dengan melewati jalur yang berbelok-belok. Kini, salju makin terlihat dengan jelas.

Betul, salju ada di kiri, kanan, dan depan saya. Ah, semakin girang tampaknya si manusia tropis yang satu ini.

Akhirnya, kecepatan mobil mulai berkurang ketika masuk ke kawasan Club Med Valmorel. Saya langsung turun untuk memegang salju. Di umur 27 tahun 3 bulan 28 hari, itulah kali pertama saya memegang salju. Dingin. Brrrr... (Laporan jurnalis Kompas.com, Wahyu Adityo Prodjo dari Perancis)

https://travel.kompas.com/read/2018/04/12/091000627/kisah-si-manusia-tropis-dari-jakarta-ke-pegunungan-alpen-perancis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke