Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyelami Keindahan Bawah Laut Tanjung Waka, Maluku Utara

SANANA, KOMPAS.com – Berkunjung ke Tanjung Waka, di Desa Fatkayon, Kecamatan Sulabesi Timur, Pulau Sulabesi, Kepulauan Sula, Maluku Utara, tidak hanya menikmati indahnya pantai. Namun, wisatawan juga bisa melakukan aktivitas snorkeling dan diving.

Salah satu pegiat selam di Kepulauan Sula, Hartono menjelaskan ada sekitar lebih dari 20 titik selam di Kepulauan Sula. Salah satunya adalah Tanjung Waka.

“Tanjung Waka ini salah satunya titiknya dan banyak sekali ikannya walaupun hanya kedalaman dua hingga tiga meter. Untuk tempat diving di sini juga ada yang slope dan wall,” kata Hartono kepada KompasTravel beberapa waktu lalu.

Penasaran ingin melihat bagaimana keindahan alam bawah laut di sana, saya pun coba ikut menyelam.

Hal serupa pula dikatakan oleh Kabid Pariwisata Disdikbudpar Kepulauan Sula, Muhammad Drakel bahwa Tanjung Waka memiliki keunikan tersendiri.

Menyelam dengan kedalaman tiga meter bisa melihat karang dan ekosistem bawah laut yang sangat bagus.

Sekitar pukul 01.30 WITA saya pun bersiap-siap untuk menggunakan peralatan menyelam. Seperti wet suit (baju selam), fin (kaki katak), masker selam, BCD (Bouyancy Compensation Device) dan tabung oksigen.

Tak begitu saja langsung menyelam, sebelumnya saya diberikan informasi soal penggunaan alat selam dan cara penggunaannya seperti apa.

Mulai dari cara bernapas yang benar, menenggelamkan badan, menghilangkan rasa sakit bila telinga makin terasa sakit saat menyelam, hingga kode-kode tertentu yang dilakukan saat menyelam.

Saya pun mulai naik perahu untuk sampai ke tengah laut. Ketika perahu melaju, saya melihat beberapa kali penyu melintas. Mulai dari ukuran kecil hingga besar pun nampak di sana.

Tak lama saya pun sampai di titik penyelaman. Namun, sebelum benar-benar menyelam, saya pun kembali mempraktekkan apa yang sudah diajarkan oleh instruktur menyelam.

“Kita latihan napas dulu ya, napasnya harus panjang dan tetap rileks. Kalau sudah siap, baru kita mulai menyelam,” kata salah satu instruktur selam, Ais.

Saya pun terus berlatih sampai pada kesempatan kedua akhirnya saya ikut menyelam. Saya pun harus kembali menyesuaikan diri dan terus mengatur pernapasan.

Ketika saya sudah lebih rileks, saya bersama instruktur pun mulai masuk ke dalam air. Perlahan makin turun dan melihat kekayaan alam yang ada di dalam laut.

Ketika itu saya melihat ada sisi laut yang terbilang dangkal dengan warna yang lebih terang dan laut yang lebih dalam bewarna biru gelap. Karena saya masih berlatih maka belum diperbolehkan masuk ke daerah yang lebih dalam.

Saya pun takjub, walau masih di tempat dangkal sekitar kedalaman tiga hingga lima meter, saya melihat banyak sekali karang, beragam ikan yang cantik, dan biota laut lainnya.

Seperti halnya ikan nemo, kerapu, baronang yang berlalu lalang, sesekali mereka keluar dari karang-karang yang ada di dasar laut.

Namun yang paling sering saya temukan baik di laut dangkal maupun lebih dalam adalah penyu. 

Akan tetapi, saya mulai merasa telinga sakit. Setelah itu mencoba beberapa cara equalisasi untuk mengurangi rasa sakit.

Perlahan rasa sakit mulai reda, namun ketika mencoba menyelam lebih dalam, telinga saya kembali terasa sakit.

Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke atas permukaan air dan menyelesaikan penyelaman.

Pelajaran yang saya dapat ketika menyelam ini adalah kejujuran, sebab bila memaksakan menyelam dengan kondisi telinga sakit maka bisa berakibat fatal.

Selain itu juga ketika ingin naik ke permukaan air, maka dilakukan secara bertahap. Kuncinya adalah tetap tenang saat menyelam.

https://travel.kompas.com/read/2018/04/20/180000127/-menyelami-keindahan-bawah-laut-tanjung-waka-maluku-utara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke