Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Langgar Rawatib, Penjaga Identitas Kampung Kauman Mangkunegaran...

Langgar ini dibangun pada 1935 untuk menggantikan Masjid Nagari yang dipindah pada jauh sebelum itu, yaitu pada 1878.

Mari kita simak kisahnya...

Pada masanya, Kampung Kauman Mangkunegaran dikenal sebagai wilayah pusat penyebaran dan kegiatan pengembangan agama Islam di Surakarta, Jawa Tengah.

Nama "Kauman" berasal dari "kaum" dan "iman", yang artinya, mereka yang memiliki pemahaman agama sangat baik.

Wilayah Kauman dipimpin oleh penghulu yang dibantu beberapa pihak seperti khotib dan marbot.

Demikian pula dengan Kauman Mangkunegaran (Kauman Ler/ Kauman Pasar Legi) yang ada di Kadipaten Praja Mangkunegaran yang secara administratif terletak di Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Masjid Nagari menjadi tempat warga muslim Kauman berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan keagamaan.

Pada 1878, tepatnya masa kepemimpinan Mangkunegara IV, atas alasan tata ruang, Masjid Nagari dipindahkan ke dekat Pura Mangkunegaran.

Jaraknya kurang dari 1 km di sebelah selatan lokasi sebelumnya dan berganti nama menjadi Masjid Al-Wustho yang bertahan hingga kini.

Sejarawan Heri Priyatmoko mengatakan, keberadaan Masjid Nagari yang berseberangan dengan Pasar Legi juga menjadi salah satu pertimbangan.

“Pertarungan ruang identitas yang berbeda antara Pasar Legi, simbol dari provan. Sementara masjid simbol yang sakral. Jadi ekonomi campur dengan religi pasti akan tarung terus. Siji kemruyek sijine wong anteng,” kata Heri, saat ditemui di sela jelajah sejarah Kampung Kauman Mangkunegaran, Minggu (10/6/2018), di Surakarta, Jawa Tengah.

Sejak Masjid Nagari dipindahkan, kegiatan keagamaan di Kampung Kauman Mangkunegaran perlahan mulai meredup dan menghilang.

Salah satu alasannya, untuk beribadah ke Masjid Al Wustho lumayan berjarak.

Langgar Rawatib sebagai pengganti Masjid Nagari

Pada 1935, seorang warga Kauman Mangkunegaran bernama Muhammad Habib dibantu oleh warga lain bernama Cokro, membangun sebuah rumah ibadah sederhana bernama Langgar Rawatib.

“Kauman tapi kok enggak ada tempat buat shalat,” kata Salamah menirukan ucapan ayah mertuanya.

Pada 1990, kegiatan Taman Pendidikan Quran (TPQ) mulai diadakan di bagian samping langgar.

Kemudian, pada 1999, pengajian ibu-ibu mulai digiatkan. Kegiatan ini masih berlangsung hingga sekarang.

“Kauman harus ada kaumnya, orang yang mengerti agama Islam,” kata Salamah di halaman Langgar Rawatib Minggu (10/6/2018) sore.

Awalnya, Langgar Rawatib masih dimiliki secara pribadi oleh keluarga Muhammad Habib dan keturunannya.

Sejak meninggalnya suami Salamah yang merupakan anak pendiri langgar, Langgar Rawatib diwaqafkan agar dapat diurus oleh warga sekitar.

Meskipun kegiatan keagamaan di Kauman Mangkunegaran ini tidak seramai di Kauman Kasunanan atau Kauman Pakualaman, kesadaran masyarakat akan sejarah kampungnya dengan membangun Langgar Rawatib ini setidaknya dapat kembali menghidupkan Kauman yang dulu pernah ada.

Langgar dan segala aktivitas keagamaan di dalamnya ini lah yang menjadi penjaga identitas Kampung Kauman Mangkunegaran yang hampir lenyap.

https://travel.kompas.com/read/2018/06/13/060755227/langgar-rawatib-penjaga-identitas-kampung-kauman-mangkunegaran

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke