Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Blusukan ke Gang Kelinci, Padat dan Memesona...

"Rumahku di salah satu gang

Namanya gang kelinci

Entah apa sampai namanya kelinci

Mungkin dulu kerajaan kelinci, karena manusia bertambah banyak

Kasihan kelinci terdesak..."

Gang Kelinci memang benar adanya di Jakarta, dan memang benar padat penduduk seperti yang dinyanyikan Lilis. Saking padatnya, Gang Kelinci punya pesona tersendiri. Potret sudut Jakarta yang padat tetapi indah dalam toleransi.

"Disebut Gang Kelinci karena daerah ini padat, seperti sarang kelinci yang kecil tetapi banyak isinya," kata pemandu dari Jakarta Good Guide, Cindy, dalam acara Heritage Tour dari Archipelago International, Kamis (28/6/2018).

Gang Kelinci tepat berada di samping Pasar Baru, Jakarta. Ditilik dari sejarah, Pasar Baru merupakan pusat niaga yang dibangun Belanda pada 1820.

"Dulu Pasar Baru ini seperti kawasan belanja elit. Rata-rata penjualnya adalah orang Tionghoa dan India, masih sampai sekarang," jelas Cindy.

Masa kejayaan Pasar Baru sebenarnya masih dapat dilihat sampai sekarang. Beberapa toko masih mempertahankan bangunan lama bergaya art deco.

Paling mudah melihat Toko Kompak, toko milik Tio Tek Hong yang berusia lebih dari 100 tahun, dan masih ada di Pasar Baru.

Begitu pula dengan toko-toko legendaris seperti toko Sin Lie Seng, Lee Iie Seng, Popular, atau bekas toko jamu Nyonya Meneer, membuktikan Pasar Baru sebagai pusat perekonomian kelas atas di daerah Jakarta.

Tidak heran di sekitar pasar, pemukiman dibangun dengan pesat. Gang kelinci salah satunya.

Kelenteng Sin Tek Bio adalah saksi pertumbuhan daerah Pasar Baru khususnya Gang Kelinci. Dibangun pada 1698, awalnya sebagai tempat peribadatan untuk buruh Cornelis Chastelein, tuan tanah Hindia Belanda yang punya banyak tanah sampai ke Depok.

"Awal dibangun kelenteng ini tidak di gang sempit seperti ini. Punya halaman luas, makin lama semakin sempit karena terhimpit bangunan," kata Cindy.

Di sekeliling kelenteng adalah rumah penduduk yang berhimpitan. Ketika KompasTravel berjalan menyusuri Gang Kelinci, penduduk yang sedang duduk bersantai menampakkan sudut Jakarta yang bersahaja.

Penduduk dengan latar belakang berbagai etnis ini duduk bersama. Tak jauh ada Bakmi Aboen yang menjual bakmi bertoping babi dan Bakmi Gang Kelinci yang menjual bakmi bertoping halal. Berjalan terus ke depan, akan tampak deretan toko penjual kain India.

"Pasar Baru ini sebenarnya bukti toleransi. Kita bisa menemui kelenteng, gereja, masjid, dan pura untuk Hindu India di dalam satu kawasan," ujar Cindy.

Sebutan Gang Kelinci agaknya cocok disematkan untuk lokasi tersebut. Padat, tetapi tidak terkesan kumuh, cermin toleransi tampak di sana. Sama halnya seperti kelinci yang dianggap binatang dengan konotasi positif, lokasi ini membuat orang mudah jatuh hati.

https://travel.kompas.com/read/2018/06/29/065530727/blusukan-ke-gang-kelinci-padat-dan-memesona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke