Sepanjang perjalanan, pemandu wisata, Azizah menjelaskan banyak hal soal wisata di kota dengan slogan 'Malang Kececwara' itu. Waktu tempuh lintas darat sekitar satu jam.
Setiba di terminal bus Batu, seluruh penumpang turun dan melanjutkan perjalanan ke kebun apel yang membawa nama Batu menjadi tersohor ke dunia internasional itu.
Dengan minibus bercat kuning kami menuju kebun apel di kawasan Sumber Kondo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu. Butuh waktu sekitar 10 menit dari terminal menuju kebun apel.
“Silakan, makan sepuasnya, sesukanya. Kalau bawa pulang sekilonya Rp 25.000,” kata pekerja kebun, Toriq sembari membagi-bagikan kantong plastik kepada wisatawan yang memenuhi kebunnya pagi itu.
Ketika memasuki kebun, puluhan ibu-ibu asal Bangka Belitung telah selesai memetik apel. Mereka berseragam, di tangan kanan-kiri kantong plastik telah penuh.
“Batasnya parit ini ya. Kalau ke sana jangan dipetik, baru disemprot pestisida. Jadi tidak bagus untuk kesehatan,” kata Toriq memberi panduan.
Maka, berhamburanlah rombongan memilih apel berwarna hijau sebesar kepalan tangan itu. “Walau kecil, tak asam,” kata Toriq berpromosi.
“Kalau ke Malang, dua hal wajib dilakukan wisatawan, ke Batu untuk petik apel, dan melihat matahari tenggelam atau terbit di Bromo,” sebut Zie.
Matahari mulai menanjak, pengunjung terus berkeliling kebun. Berfoto bersama dengan buah apel, plus beramai-ramai berswafoto.
Setelah lelah naik dan turun gunung mencari buah nan segar, pengunjung pun mengakhiri kunjungan. Di pintu masuk kebun, pekerja menunggu. Lalu menimbang satu demi satu kantungan plastik.
Nah, penasaran sensasi makan apel langsung di pohonnya? Maka, ketika ke Malang, silakan langkahkan kaki hingga ke Kota Batu. Di sana, ranum apel menunggumu.
https://travel.kompas.com/read/2018/10/23/091500027/sehari-memanen-apel-manalagi-di-kota-batu
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.