Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Roti Gambang dan Roti Ganjel Rel, Adakah Perbedaannya?

Orang Jakarta dan sekitarnya mengenal roti gambang sebagai salah satu makanan khas Betawi. Sementara itu, orang Semarang mengenal roti ini sebagai roti ganjel rel.

Bentuk dari kedua roti berbeda daerah tersebut bagi sebagian besar orang terlihat begitu mirip bahkan tampak sama.

Banyak orang tidak bisa membedakan mana roti gambang dan mana roti ganjel rel. Roti ini sama-sama memiliki tekstur keras, serta berwarna cokelat dengan taburan wijen di punggungnya.

Hasil rangkuman Kompas.com dari berbagai sumber, roti gambang dan roti ganjel rel sebenarnya sama. Hanya saja penyebutan nama yang kemudian membedakan asal daerahnya.

Makanan ini mulanya banyak dijual di Batavia (sekarang Jakarta). Seiring berjalannya waktu, orang Betawi bermigrasi ke luar atau pinggiran kota Jakarta.

Oleh karena itu pula, roti ini semakin jarang ditemukan. Menurut Budayawan Betawi Yahya Adi Saputra, penyebutan roti gambang berasal dari perusahaan roti Belanda. 

Perusahaan roti Belanda zaman dahulu membuat roti gambang karena terinspirasi oleh bilah-bilah gambang pada alat musik gambang kromong.

Gambang Kromong adalah bentuk seni musik orkestra yang memadukan unsur gamelan dengan alat musik China, seperti sukong, kongahyan dan tehyan.

Kesenian Gambang Kromong menyebar hingga ke Semarang pada tahun 1930 dan berakulturasi dengan bahasa dan budaya Jawa lalu dikenal dengan nama Gambang Semarang.

“Iya memang gambang di Betawi lebih dulu baru menyebar dia ke sana,” ujar Yahya ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (18/10/2019).

Yahya berpendapat bahwa orang Semarang menyebut bentuk dari roti gambang mirip dengan lempeng-lempeng yang ada pada ganjalan rel kereta api.


Roti untuk sarapan

Selain itu, orang Betawi mengenal roti gambang sebagai hidangan sarapan. Yahya mengaku hingga saat ini keluarganya masih mengkonsumsi roti gambang pada pagi hari.

“Dulu, Emak sering bawain pas saya masih sekolah, itu dibawain sepotong, saya makan separuh dulu pas mau berangkat, nah pas mau balik saya makan lagi setengahnya," cerita Yahya.

"Itu aja udah kenyang banget, sampe sekarang masih nih keluarga saya makan itu sama minum kopi pagi-pagi, mantap deh pokoknya,” tambahnya.

Sementara itu roti gambang yang dikenal dengan nama roti ganjel rel di Semarang, menjadi primadona masyarakat pada satu tradisi perayaan bernama Dugderan.

Pada perayaan tersebut, masyarakat Semarang ramai berebut roti ganjel rel yang dipercaya mampu memperkuat diri menjalankan ibadah puasa.

Menurut pemilik Toko Oen Semarang Jenny Megaradjasa, ganjel rel merupakan roti khas Dugderan.

Oleh karena itu permintaan roti ini biasanya meningkat ketika bulan Ramadhan tiba. Di luar bulan puasa, roti ganjel rel jarang bisa ditemui karena tidak diproduksi setiap hari.

“Karena keras dan bentuknya makan dinamakan ganjel rel yang dulu dibagikan di waktu dugder, sebelum puasa,” ujarnya.


Meredup

Namun eksistensi ganjel rel di Semarang kian hari kian meredup sama seperti roti gambang di Jakarta. Budayawan Semarang Jongkie Tio mengatakan, roti ganjel rel yang dulu dengan yang sekarang bahkan memiliki perbedaan.

Menurutnya, roti ganjel rel yang sekarang lebih mirip dengan kue brownies.

"Orang sekarang bilang yang Anda sekarang sering dengar ganjel rel di Semarang itu sebenarnya roti brownies, cuma browniesnya dibikin agak keras terus atasnya dikasih wijen, tapi itu bukan ganjel yang dulu,” jelasnya.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/19/100800227/roti-gambang-dan-roti-ganjel-rel-adakah-perbedaannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke