Hal tersebut lantaran Garuda Indonesia menerima keluhan penumpang. Mereka mengaku tidak lagi bisa melihat senyum pramugari karena tertutup APD.
Menanggapi hal ini, pengamat penerbangan Alvin Lie menerangkan, bukan masalah jika penumpang tidak lagi bisa melihat senyum pramugari dan kru kabin lain.
"Senyum dari pramugari itu bukan tugas utama, itu bonus. Tugas utama mereka ya menjamin dan membantu penumpang untuk keselamatannya dulu," kata kata Alvin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/6/2020).
"Keselamatan itu nomor satu, keselamatan keamanan, baru terakhir kenyamanan. Senyuman ini bagian dari yang terakhir itu,"
Selain itu, Alvin mengatakan, para awak kabin pesawat bukan lah pembantu rumah tangga, ataupun pramusaji.
Ia mengungkapkan, tugas utama mereka adalah memastikan keselamatan dan keamanan selama penerbangan.
Lebih jauh, ia juga menerangkan, penumpang dapat tetap melihat senyum pramugari dengan cara melihat sorot matanya.
"Sorot mata itu kelihatan menunjukkan orang itu senang atau sedang tersenyum, meskipun mulutnya tertutup masker," jelasnya.
Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berencana menghentikan penggunaan alat pelindung diri (APD) kepada kru kabin pesawat secara bertahap, dan menggantinya dengan face shield.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan, rencana tersebut dilontarkan setelah pihaknya mendapatkan banyak keluhan dari penumpang.
"Semuanya pakai APD, ketutupan semua, ya enggak bener juga dong. Jadi buat banyak penumpang Garuda banyak mengeluh kenapa pramugarinya pakai masker, jadi enggak bisa lihat dia tersenyum atau mencibir," tuturnya dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (16/6/2020).
Menanggapi hal tersebut, pihaknya berencana mengubah kewajiban penggunaan APD menjadi face shield saja.
"Jadi pelan-pelan kita akan pakai face shield," katanya.
Irfan berharap, Garuda Indonesia tetap dapat memberikan rasa nyaman kepada penumpang, sekaligus menjamin protokol kesehatan tetap dilaksanakan.
https://travel.kompas.com/read/2020/06/17/203000827/senyum-pramugari-hanya-bonus-keselamatan-adalah-nomor-satu