Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kapan Lebaran Ketupat Diadakan dan Mengapa Identik dengan Ketupat?

KOMPAS.com – Usai merayakan Hari Raya Idul Fitri, umumnya umat Islam di Indonesia akan merayakan Lebaran Ketupat, yang telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun. 

Saat Lebaran Ketupat tiba, masyarakat di wilayah Pulau Jawa akan membuat ketupat untuk disantap bersama keluarga, tetangga, dan sosok terdekat lainnya.  

Perayaan tersebut identik dengan kegiatan yang menumbuhkan rasa persaudaraan serta mempererat tali silaturahmi. 

Namun, kapan Lebaran Ketupat itu diadakan dan kenapa harus memakai ketupat sebagai simbol dalam tradisinya?

Lebaran Ketupat diketahui akan diadakan pada tujuh hari atau seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, tepatnya pada 7 Syawal, dikutip dari laman Nahdlatul Ulama, Minggu (8/5/2022).

Hal serupa juga tertulis dalam buku berjudul "Indonesia Punya Cerita: Kebudayaan dan Kebiasaan Unik di Indonesia" tahun 2012 karya Yusuf dan Toet. 

Dituliskan dalam buku tersebut, acara Lebaran Ketupat dilaksanakan enam hari setelah perayaan Idul Fitri atau dilaksanakan pada 7 Syawal.

  • Cerita WNI Berpuasa di New York AS, Durasi Puasa Bisa Berubah-ubah
  • Cerita WNI Jalani Puasa Ramadhan di Turki, Ini 5 Hal Unik yang Dialami

Selain dikenal sebagai perayaan Lebaran Ketupat, masyarakat juga menyebutnya sebagai kegiatan Syawalan. 

Setiap daerah di Indonesia memiliki cara masing-masing dalam merayakan Lebaran Ketupat.

Awalnya, hanya masyarakat Jawa yang mengenal perayaan ini, tapi lambat laun menyebar ke seluruh Indonesia karena adanya orang Jawa yang merantau, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (30/5/2020).

Walaupun bukan hanya ketupat yang dijadikan simbol dalam perayaan ini, namun ketupat seakan menjadi elemen yang sulit dihilangkan dari Syawalan. 

Ketupat dinilai sebagai simbol yang penting dalam perayaan ini karena kata "ketupat" atau "kupat" itu sendiri. Kata tersebut diketahui berasal dari istilah dalam bahasa Jawa yaitu "ngaku lepat", atau jika diterjemahkan artinya mengakui kesalahan. 

Saat prosesi ngaku lepat dilakukan, biasanya masyarakat akan melaksanakan sungkeman, atau bersimpuh memohon maaf, kepada orang yang lebih tua. 

Dengan melakukan sungkeman, diharapkan masyarakat bisa belajar mengenai pentingnya rasa menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. 

  • Cerita WNI Berpuasa di Kota Torun Polandia, Durasi Puasa hingga 18 Jam
  • Sejumlah Tradisi Lebaran Berbagai Negara, Ada yang Mirip Indonesia
  • Apa Tradisi Arwah Jamak di Demak Jelang Lebaran dan Bagaimana Hukumnya

Selain bisa diartikan sebagai “ngaku lepat”, ada pula istilah lainya yaitu “laku papat” atau empat tindakan. 

Bagi masyarakat Jawa, makna dari empat tindakan tersebut berasal dari istilah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. 

Lebaran berarti tanda bahwa bulan Ramadhan telah berakhir, dan umat Islam akan menyambut hari kemenangan. 

Sementara itu, luberan punya arti meluber atau melimpah yang menyimpan pesan moral, agar kita berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki kepada orang yang tak mampu.

Kemudian, leburan bisa diterjemahkan sebagai habis atau melebur. Pada momen ini, dosa yang telah diperbuat dipercaya akan melebur dan orang-orang akan saling memaafkan. 

Adapun laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur sendiri adalah benda padat yang punya warna putih, serta bermanfaat menjernihkan zat cair. 

Laburan dimaksudkan bahwa setiap muslim wajib kembali menjadi jernih dan putih hatinya, apalagi usai Ramadhan. 

https://travel.kompas.com/read/2022/05/09/165322827/kapan-lebaran-ketupat-diadakan-dan-mengapa-identik-dengan-ketupat

Terkini Lainnya

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

4 Festival di Hong Kong untuk Dikunjungi pada Mei 2024

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke