Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rumah Budaya Banda Neira, Menyimpan Jejak Kelam Masa Penjajahan

BANDA NEIRA, KOMPAS.com - Banda Neira, salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku Tengah, merupakan tempat yang kaya akan sejarah. Salah satu tempat yang bisa didatangi adalah Rumah Budaya Banda Neira. 

Melalui museum mini tersebut, pengunjung dapat mengetahui kisah kelam tentang pulau yang dulu pernah diperebutkan bangsa Eropa karena kekayaan rempah-rempahnya. 

  • Liburan ke Banda, Jelajahi 3 Tempat Wisata Sejarah di Pulau Ay
  • 7 Tempat Wisata Banda Neira, Benteng hingga Gunung Api

Di Rumah Budaya Banda Neira, pengunjung juga bisa menemukan catatan sejarah penjajahan Belanda melalui VOC dari lukisan maupun benda-benda yang tersimpan.

Bangunan ini sendiri merupakan milik keluarga seorang sejarawan Banda Neira yang berpengaruh, yaitu Des Alwi. Ia juga merupakan anak angkat dari Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Moh. Hatta.

Di ruangan utama Rumah Budaya Banda Neira, terdapat sebuah lukisan yang menggambarkan orang-orang VOC berdagang, sedangkan penduduk lokal bekerja keras dengan kondisi memprihatinkan. 

"Mereka (orang Belanda) membeli pala dengan harga satu sen, sedangkan mereka menjual ke negara mereka dengan harga 10 gulden per kilogram," tutur seorang tour leader lokal bernama Iqbal Bahadilla kepada Kompas.com, Selasa (1/11/2022). 

Menurutnya, saat Belanda pertama kali datang ke Banda, awalnya mereka ingin berdagang. Namun kemudian, saat kembali pada tahun 1600-an, orang Banda melihat gelagat orang Belanda yang ingin memonopoli rempah-rempah. 

Pembantaian para tokoh Banda

Jejak sejarah di Banda Neira dari abad ke-16 bisa diketahui dari ruangan ini, seperti salah satu kisah kelam saat Belanda, melalui VOC, melakukan genosida di Nusantara.

Sebuah lukisan di ruang tengah Rumah Budaya menampilkan algojo Jepang yang tengah mengeksekusi warga Banda. 

Kisah bermula saat Admiral Pieterszoon Verhoeven sebagai pemimpin Belanda kala itu, tiba di Banda pada 1608 untuk bernegosiasi dengan para tokoh setempat. 

Namun, orang-orang Banda menaruh curiga kepada Belanda saat mereka datang membawa pasukan dan senjata lengkap. Akhirnya, orang Banda mengelabui Belanda dan menjebak mereka.

Terjadilah penyerangan terhadap orang Belanda, sehingga sang Admiral dan beberapa bawahannya tewas dalam serangan mendadak itu.

"Verhoeven tewas dan kepalanya ditancapkan di atas tombak oleh orang-orang Belanda," tulis Willard A. Hanna, dalam The Banda Islands: Hidden Histories & Miracles of Nature.

Hanya beberapa orang yang selamat dari penyerangan, salah satunya juru tulis Verhoeven, bernama Jan Pieterszoon Coen. Jan Coen yang sangat marah berencana untuk balas dendam kepada masyarakat Banda.

Akhirnya, ia kembali ke Belanda untuk membangun armada, sebelum menuju Nusantara beberapa tahun kemudian. 

"Melihat temannya dibantai sama orang Banda, mereka kembali lagi dengan kapal. Akhirnya VOC datang tahun 1621, dengan 46 armada kapal dan 150 orang algojo Jepang. Mereka menyerang pulau," ungkap Iqbal. 

Saat itu, Benteng Nassau yang awalnya dibuat oleh Portugis, diambil alih. Kemudian, delapan tokoh adat dan pemuka agama Banda paling berpengaruh dikurung di Benteng Nassau. 

Kemudian para tokoh tersebut, lanjut Iqbal, dihabisi nyawanya. 

"Ini disaksikan masyarakat Banda, yang sebagian lagi menghindar dari pembantaian itu," ujarnya.

Setelah itu, para samurai atau algojo Jepang juga menghabisi nyawa 36 orang tokoh (orang kaya) lainnya. 

Sehingga, pada 18 Mei 1621, terjadilah pembantaian berdarah yang menjadi catatan kelam penjajahan di Banda. Sebanyak 44 orang terpandang Banda dibantai atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Pieterszoon Coen, sebagai aksi balas dendam terhadap pendahulunya Admiral Verhoeven. 

Peninggalan sejarah lainnya 

Di samping lukisan pembantaian, terdapat gambar Jan Pieterszoon Coen sebagai salah satu orang penting VOC, yang memiliki andil dalam peristiwa tahun 1621. 

Selain lukisan dengan kisah dan visual mengerikan tersebut, ada beragam hal unik lainnya yang bisa ditemukan di Rumah Budaya Banda Neira. 

Di antaranya aneka jenis meriam, alat musik, guci, pedang, berbagai senjata, keramik China, uang kuno dari beberapa negara, dan lonceng Belanda.

Selain itu, ada sejumlah catatan yang bisa dilihat oleh pengunjung, seperti peta lama rute pelayaran bangsa Belanda menuju Banda Neira yang terpajang di dinding. 

Untuk masuk ke dalam Rumah Budaya, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp 20.000 per orang dalam satu kali kunjungan. Adapun jam operasionalnya adalah setiap hari, pukul 07.00 - 18.00 WIT. 

Bangunan berbentuk kolonial ini berada di wilayah Nusantara, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

Jarak Rumah Budaya Banda Neira hanya sekitar 200 meter dari Pelabuhan Banda Neira, dan bisa dicapai dalam waktu 3-5 menit berjalan kaki.

Menjadi saksi bisu penyimpanan benda-benda bersejarah di masa penjajahan, Rumah Budaya Banda Neira menjadi salah satu rekomendasi tempat yang harus dikunjungi saat berada di sana.

  • 5 Rekomendasi Tempat Menginap di Banda Neira, Yuk Mampir...
  • Buah Pala yang Jadi Aset Utama di Pulau Banda

https://travel.kompas.com/read/2022/11/07/083927427/rumah-budaya-banda-neira-menyimpan-jejak-kelam-masa-penjajahan

Terkini Lainnya

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke