BLORA, KOMPAS.com - Masjid Al Ma'shum terletak di dukuh Pelem Kidangan, Kelurahan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Masjid dengan nama yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Ma'shum bin Syamsuddin, disebut-sebut sebagai saksi bisu cabang pertama organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia.
Ketua Takmir Masjid Al Ma'shum, Rachman Chamdani menjelaskan, Mbah Ma'shum merupakan seorang kiai yang lahir di Desa Tinatah, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
"Ya mungkin beliau termasuk orang yang babat alas (mendirikan) wilayah sini, khususnya Pelem Kidangan," kata dia.
Didirikan sekitar tahun 1910 oleh Mbah Ma’shum Syamsudin, Masjid Al Ma'shum saat itu hanya mushala dua lantai yang digunakan sebagai tempat ibadah dan menyebarkan ajaran agama Islam di lingkungan sekitar.
Selanjutnya, masjid tersebut mengalami renovasi pada 1983. Meskipun telah direnovasi, tetapi ornamen-ornamen tempo dulu tetap dipertahankan, seperti kentongan, bedug, mimbar, hingga pendopo.
Saat ini, Masjid zal Ma'shum sudah dilengkapi beberapa kamera pengawas atau CCTV untuk alasan keamanan.
Di area masjid tersebut, juga terdapat empat makam keluarga. Salah satunya, tentu saja, makam pendiri masjid yaitu Mbah Ma'shum Syamsuddin.
"Di sini ada empat makam. Mbah Ma'shum, Bu Nyai Ma'shum (Bu Nyai Qomariyah), Kiai Ahmad Cholil, juga beserta Ibu Siti Maemunah," ucap Chamdani, yang juga cucu dari Mbah Ma'shum itu.
Pria 53 tahun tersebut menjelaskan, sebelum dipindah ke kompleks masjid, makam Mbah Ma'shum dan istrinya berada di sekitar sungai.
Sedangkan makam Mbah Cholil berada di tempat pemakaman umum (TPU).
"Jadi pas ada bencana banjir 2001, sebetulnya keluarga enggak ingin makamnya dipindah."
"Namun karena ada beberapa pertimbangan makam akan kena imbas erosi longsor, maka pihak keluarga berkesimpulan untuk memindahkan makam di dekat masjid, biar aman daripada nanti kena imbas erosi banjir," ujarnya.
Adapun keberadaan makam Mbah Maimunah memang berada di kompleks masjid karena meninggal pada 2022.
Berdasarman laman NU, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) pertama di Indonesia terletak di Blora, Jawa Tengah, yang berdiri pada 1927.
Artinya, PCNU Blora berdiri satu tahun setelah NU dilahirkan, yakni 31 Januari 1926 di Surabaya.
NU Cabang Blora dipusatkan di Desa Kidangan, Kecamatan Jepon.
Namun, untuk kemajuan organisasi, akhirnya mulai 1930, NU Cabang Blora dipindahkan dari yang semula berkedudukan di Kidangan ke Blora Kota.
Peresmian NU Cabang Blora tersebut sempat mendapat perhatian luas dari kalangan umat Islam.
Bahkan, acara peresmian NU Cabang Blora tahun 1927 secara langsung dihadiri KH Wahab Hasbullah, KH Asjhary, dan KH Abdullah Ubaid.
"Mbah Hasyim Asy'ari pernah ke sini mungkin untuk peresmian PCNU," kata Chamdani.
Saat NU didirikan di Blora, Belanda masih bercokol. Sehingga usaha-usaha yang dilaksanakan NU Cabang Blora sering mendapat hambatan dan rintangan dari Belanda.
Bahkan, Kiai Ma’shum selaku pendiri NU Cabang Blora pernah ditahan oleh Belanda.
Adapun usaha-usaha yang dilaksanakan pengurus pada waktu itu antara lain membimbing jemaah di desa-desa yang belum memiliki masjid.
Kemudian, pengurus juga mendirikan masjid dan madrasah di sejumlah desa, seperti Masjid Brumbung, Masjid Kidangan, Masjid Puledagel, dan Masjid Tempel.
Adapun peninggalan yang berupa madrasah antara lain Madrasah Ibtidaiyah Kidangan dan Madrasah Ibtidaiyah Jetis.
https://travel.kompas.com/read/2023/03/26/141700627/berkunjung-ke-masjid-al-ma-shum-blora-menyusuri-jejak-nu