KOMPAS.com - Di kawasan Taman Villa Meruya, Kota Tangerang, ada sebuah perpustakaan pribadi dengan bangunan unik yang dibuka untuk umum.
Tidak hanya viral di media sosial karena tempatnya yang estetis, perpustakaan milik arsitek Realrich Sjarief dari RAW Architecture ini juga sudah tercantum di jurnal arsitektur internasional. Maka tak heran jika pengunjungnya bervariasi, bahkan juga dikunjungi oleh orang dari luar Indonesia.
"Paling jauh ada dari Rusia, dia tahu banyak informasi tempat ini, (lalu) dia kepo. Karena ini bangunannya juga ada di jurnal arsitektur internasional. Sudah cukup banyak dibahas," kata Rich, saat ditemui Kompas.com, Jumat (26/5/2023).
Tidak hanya perpustakaan, OMAH Library berada di satu atap dengan sebuah bangunan bernama Guha. Guha terdiri dari beberapa bagian, yaitu rumah sang pemilik, studio arsitektur, dan perpustakaan.
Oleh karena itu, Rich melanjutkan, banyak dari tamu luar negeri yang datang ke Guha untuk mencari obyek arsitektur, atau mempelajarinya.
"Kemarin ada dari Belanda, Norwegia, Jepang, dulu pernah ada dari Perancis, nanti dari India," terangnya.
Bahkan, Rich menyampaikan bahwa salah seorang penulis asal India pernah mensejajarkan OMAH Library dengan Helsinki Library di Finlandia. Meskipun, ia menampik hal tersebut.
"Tapi tentu beda lah, ya. Dari segi luas juga, cuma mungkin dia merasa kehangatan dan nyaman di sini, dia ingat banget momen-momen itu," imbuhnya sambil tertawa.
Untuk pengunjung lokal, kata Rich, domisili atau asalnya juga cukup merata, tidak hanya dari Tangerang. Selain Tangerang dan Jakarta Barat yang menjadi lokasi OMAH Library, pengunjung Jakarta Selatan banyak ke sini.
"Banyak anak-anak (Jakarta) selatan, tapi merata ya. Anak-anak (Jakarta) barat, tetangga juga, Tangerang juga," ujarnya.
Usai ramai diulas di sejumlah media sosial, jumlah pengunjung OMAH Library pada beberapa bulan terakhir tepatnya April dan Mei memang meningkat cukup dratis, kata Rich.
Bangunan unik dan tempat nyaman membuat OMAH Library menarik minat para arsitek, desainer, penggemar buku, atau masyarakat yang berburu konten, bahkan dari luar kota.
Salah seorang pengunjung asal Malang bernama Metta, yang berprofesi sebagai desainer interior. Ia sengaja datang karena mengetahui informasi OMAH Library dari Instagram.
"Baru pertama datang. Ingin tahu desain arsitektur perpus ini karena menarik, juga koleksi bukunya. Memang bagus, well designed, dan cozy," kata Metta saat ditemui di ruang baca.
Sayangnya, ia belum memiliki rencana untuk datang lagi dalam waktu dekat. Sebab, perempuan usia 27 tahun ini berdomisili di Malang, Jawa Timur, dan hanya mampir ke Jakarta untuk urusan kerjaan.
Tempatnya untuk membaca atau mengerjakan tugas
Senada, seorang pengunjung bernama Diva, yang berprofesi sebagai peneliti, juga mengagumi tempat ini. Menurutnya, OMAH Library memiliki desain yang nyaman, serta cocok bagi pengunjung yang mencari tempat tenang untuk fokus.
"Lihat dari sosmed tempatnya menarik dan dekat dari rumah. Terus memang lagi butuh tempat sepi dan tenang untuk meeting dan kerja," ujarnya.
Ia juga memuji konsep OMAH Library yang memang sangat menjaga sistem reservasi dan jam kunjungan, sehingga kapasitasnya tidak akan terlalu penuh.
"Tempatnya bagus, konsepnya menarik walaupun agak kecil. Good ambience karena mereka hanya batasin jumlah pengunjungnya 15 orang, jadi tetap dapet ketenangan dan personal space," imbuh Diva.
Ia juga menyampaikan bahwa tempatnya nyaman untuk membaca ataupun membuat tugas, karena cukup banyak kursi dan meja yang tersedia.
Sayangnya, kata Diva, pilihan buku yang dipajang masih terbilang kurang. Namun, hal ini menurutnya tidak terlalu menjadi masalah karena OMAH Library memang menyimpan koleksi individu sang pemilik. Sehingga, sebagian besar koleksinya adalah buku arsitektur.
"Nanti mau datang lagi tapi belum dalam waktu dekat," pungkasnya.
https://travel.kompas.com/read/2023/05/29/150413327/perpustakaan-unik-di-tangerang-omah-library-banyak-dikunjungi-tamu-asing