Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Suku yang Menghuni Labuan Bajo, Ada yang Dijuluki Pengembara Laut

KOMPAS.com - Labuan Bajo adalah salah satu magnet wisata andalan Indonesia. Kota yang dijuluki Seribu Sunset ini merupakan rumah bagi sejumlah suku yang menghuni Labuan Bajo.

  • 5 Fakta Labuan Bajo di NTT, dari Lokasi hingga Oleh-oleh
  • Harga Tiket Pesawat ke Labuan Bajo dari Jakarta, per Juni 2023

Labuan Bajo tersohor dengan keindahan alamnya yang tidak pernah gagal menghipnotis para wisatawan. Salah satu destinasi super prioritas ini memiliki deretan pantai yang mempesona, alam bawah laut yang menawan, serta fauna endemik Indonesia, komodo.

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Labuan Bajo berbatasan dengan Nusa Tenggara Barat yang dipisahkan dengan Selat Sape. 

Nama Labuan Bajo terdiri dari dua kata yang memiliki makna spesial. Ternyata nama Labuan Bajo diambil dari salah satu suku yang menghuni wilayah tersebut.

Melansir dari laman Pesona Indonesia, kata Labuan berarti tempat berlabuh. Sedangkan, nama Bajo diambil dari Suku Bajo, yaitu suku dari Sulawesi yang bermukim di pesisir barat Flores.

  • 4 Rekomendasi Spot Diving di Labuan Bajo NTT
  • Itinerary Wisata ala Delegasi KTT ASEAN di Labuan Bajo

Awalnya, Labuan Bajo merupakan pemukiman Suku Bajo. Saat ini, Suku Bajo telah hidup berdampingan dengan warga asli Flores.

Labuan Bajo dulunya adalah kelurahan sekaligus ibu kota Kecamatan Komodo. Kini, Labuan Bajo menjadi ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, dan dikembangkan menjadi Kota Labuan Bajo. 

Suku yang menghuni Labuan Bajo 

Lantas apa saja suku yang menghuni Labuan Bajo? Berikut ulasannya seperti dihimpun Kompas.com.

Seperti disampaikan sebelumnya, salah satu suku yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Bajo. Bahkan, nama kota ini diambil dari Suku Bajo tersebut, seperti dikutip dari laman Pesona Indonesia.

Suku Bajo terkenal akan kehebatannya dalam menjelajahi lautan, sehingga dijuluki si penjelajah atau pengembara laut, seperti dikutip dari laman Indonesia.go.id.

Dahulu kala, orang-orang Suku Bajo terbiasa hidup di atas perahu, atau nomaden. Mereka hidup dengan menjelajahi lautan, berpindah dari satu pesisir ke pesisir lain.

  • Penyesalan Delegasi Singapura pada KTT ASEAN, Terlalu Singkat Nikmati Labuan Bajo
  • Dampak Positif KTT ASEAN 2023: Dorong Pengembangan Infrastruktur Pariwisata di Labuan Bajo

Karena hidup berdampingan dengan laut, maka Suku Bajo memiliki keahlian unik. Mengutip dari Indonesia.go.id, Suku Bajo memiliki keahlian menyelam lautan hingga kedalaman 70 meter, hanya dengan sekali tarikan napas tanpa bantuan alat kecuali kaca mata renang.

Sejarah mengatakan, Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan. Mereka hidup di lautan lepas hingga masuk ke perairan Indonesia.

Di Tanah Air, Suku Bajo berada di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan wilayah Indonesia bagian timur lainnya.

Suku selanjutnya yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Manggarai, seperti dikutip dari Kompas.com (6/9/2022).

Ferdinandus Moses dalam Buku Mengenal Manggarai di Nusa Tenggara Timur (2018), mengatakan, Suku Manggarai meyakini bahwa leluhur mereka berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat, yang pernah berlayar ke Sulawesi kemudian ke NTT.

“Mereka tiba di Manggarai yang dulunya bernama Nusa Lale, persisnya di daerah Warloka dekat Labuhan Bajo,” (Moses, 2018: 7).

Nusa Lale merupakan sebuah kampung terpencil dan kecil yang kini disebut Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, Flores, NTT. Hal itu terbukti karena ditemuka peninggalan prasejarah zaman batu, berupa permukiman dengan bangunan batu dolmen, batu panjang atau disebut menhir.

  • Indahnya Sunset di Golo Mori Labuan Bajo, Segarkan Pikiran Penat
  • Batu Payung, Spot Unik di Goa Batu Cermin di Labuan Bajo

3. Suku Bima atau Mbojo 

Masyarakat Suku Bima atau Mbojo juga turut menghuni Labuan Bajo. Mayoritas Suku Bima menempati Kabupaten Bima dan Kota Bima.

Suku Bima sudah berada di wilayah tersebut sejak zama Kerajaan Majapahit. Mendengar nama Bima, kita seolah diingatkan dengan toko Pandawa Lima, Bima.

Konon, dahulu kala pada masa pemberontakan di Kerajaan Majapahit, Bima melarikan diri ke wilayah tersebut. Tokoh Pandawa Lima itu diangkat menjadi raja pertama di Kerajaan Bima.

Namun, Bima mengangkat anaknya sebagai raja dan ia kembali lagi ke Jawa.  Oleh sebab itu, kadang-kadang ditemui bahasa Jawa kuno yang digunakan sebagian Suku Bima atau Mbojo.

Suku terakhir yang menghuni Labuan Bajo adalah Suku Bugis. Melansir dari laman Pemerintah Kabupaten Wajo, Suku Bugis tergolong dalam suku-suku Deutero Melayu yang masuk ke Nusantara, mayoritas di Sulawesi.

Kemudian, masyarakat ini mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan secara mandiri.  

Pada 1950 hingga 1960-an, Indonesia khususnya Sulawesi Selatan disibukkan dengan pemberontakan. Insiden ini mengakibatkan banyak orang Bugis meninggalkan kampung halamannya kemudian menyebar di seluruh Nusantara, termasuk ke Labuan Bajo.

https://travel.kompas.com/read/2023/06/03/104800527/4-suku-yang-menghuni-labuan-bajo-ada-yang-dijuluki-pengembara-laut

Terkini Lainnya

9 Wahana di Malang Dreamland yang Seru, Ada Keranjang Gantung

9 Wahana di Malang Dreamland yang Seru, Ada Keranjang Gantung

Jalan Jalan
Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Malang Dreamland, Wisata Keluarga Favorit dengan Pemandangan Hijau

Jalan Jalan
WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

WSL Nias Pro 2024 Digelar, Targetkan Gaet 30.000 Wisatawan Domestik

Hotel Story
Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke