KOMPAS.com - Di antara deretan penjual barang antik yang menjajakan dagangan di sepanjang trotoar Jalan Surabaya, terselip beberapa penjual yang sudah melapak lebih dari 40 tahun lamanya.
"Saya di sini sejak 1976, sejak kawasan ini masih belum seperti, dulu masih berbentuk lapak di trotoar," kata salah seorang pedagang barang antik di Jalan Surabaya bernama Anas kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (7/6/2023).
Selain Anas, ada pula Rahmad, pedagang barang antik yang sudah menggelar dagangan di Jalan Surabaya sejak tahun 1970.
"Saya sejak awal di sini, ketika suasana di sini masih ramai, sekitar 1970-an," kata Rahmad kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2023).
Kepada Kompas.com, Anas dan Rahmad bercerita sepak terjang berdagang barang antik di Jalan Surabaya selama 40 tahun.
Cerita penjual barang antik di Jalan Surabaya
Sembari membersihkan beberapa patung yang berdebu, Anas bercerita bahwa keadaan pasar barang antik di Jalan Surabaya dulu sangat ramai. Khususnya di kalangan wisatawan mancanegara (wisman).
Keadaan perekonomian pada saat itu, kata Anas, sangat bagus. Wisman kerap berburu barang antik untuk dijadikan suvenir.
"Ekonomi dari tahun 1990-an sampai 2000-an pada saat itu masih bagus, pengunjung masih ramai," kata Anas.
Ia melanjutkan, beberapa pengunjung yang menyusuri pasar barang antik pada saat itu banyak dari kalangan kolektor.
Barang yang Anas jual pun datang dari sumber yang beragam, mulai dari bekas koleksi orang lain, hingga dicari langsung ke pengepul barang bekas di kampung halaman.
Harga barang antik yang dijual pun cukup fantastis, berkisar mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 50 juta.
Hal serupa juga dingkapkan oleh Rahmad. Memasuki usianya yang ke 63 tahun, Rahmad tetap giat mencari dan menjual barang antik di Jalan Surabaya.
"Kalau saya biasanya dapat barang antik dari kampung halaman di Cilacap. Di sana memang sudah ada pengepul barang antik. Jadi kita tinggal pesan mau barang yang seperti apa," ujar Rahmad.
Selain untuk koleksi pribadi, Rahmad mengatakan, biasanya orang-orang "berburu" barang antik ke Jalan Surabaya untuk kepentingan dekorasi.
Itulah kenapa Rahmad mengategorikan harga barang antik sesuai tujuan kegunaan. Biasanya, kata Rahmad, harga barang antik yang masih berfungsi akan lebih mahal dibanding barang antik yang sudah tidak berfungsi.
Selain Rahmad dan Anas, salah satu pedagang barang antik yang menyediakan barang khusus untuk pajangan yaitu Fikri, seorang pedagang khusus buku kuno.
Fikri menceritakan, usaha toko buku kuno untuk pajangan ini ia jalankan karena meneruskan usaha keluarga sejak zaman dahulu.
"Kebanyakan orang-orang beli buku untuk koleksi, ada juga yang untuk keperluan syuting, dan ada juga yang jadi pajangan di kafe-kafe," kata Fikri kepada Kompas.com, Rabu (7/6/2023).
Harga buku untuk dekorasi pun juga dipatok Fikri berdasarkan usia buku tersebut. Semakin tua usia buku dan semakin kuno perawakannya maka harga buku semakin mahal.
Fikri mematok harga buku untuk dekorasi mulai dari Rp 85.000 per buku hingga membuka harga mulai dari Rp 8,5 juta untuk buku dalam bentuk paket.
"Yang paling mahal itu buku tipe ensiklopedia, sekarang yang paling mahal itu keluaran tahun 1914, saya jual satu set isi 16 buku harganya Rp 8,5 juta," katanya.
Beralih ke online, dikelola oleh sang anak
Meskipun pasar barang antik di Jalan Surabaya mulai sepi pengunjung, para pedagang di area tersebut tidak kehabisan ide untuk menawarkan dagangannya.
Umumnya, pedagang barang antik yang sudah lanjut usia seperti Rahmad dan Anas membuka lapak barang bekas di marketplace yang dikelola oleh sang anak.
"Sekarang kebanyakan sudah beralih ke online (daring), banyak yang sudah malas datang dan jalan ke sini," kata Rahmad.
Sejalan dengan Rahmad, Anas mengatakan, saat ini kebanyakan barang bekas justru lebih laku di marketplace.
"Orang juga sudah malas ke sini, mereka sekarang cuma lihat-lihat di online. Kalau dirasa bagus, nego sebentar, akhirnya beli. Ini yang online anak saya yang menjalankan," tutur Anas.
Kendati demikian, Anas dan Rahmad mengatakan tetap saja ada beberapa kalangan yang lebih memilih datang untuk melihat barang secara langsung. Selain lebih banyak mendapat pilihan, pembeli pun bisa melihat kualitas barang sebelum membeli.
https://travel.kompas.com/read/2023/06/10/105400527/cerita-penjual-barang-antik-di-jalan-surabaya-bertahan-lebih-dari-40-tahun