Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Tempat Beli Oleh-oleh di Yogyakarta, Ada Sentra Produksi Bakpia 

KOMPAS.com - Berwisata ke Yogyakarta, tidak lengkap tanpa membeli oleh-oleh khas Kota Gudeg. Ada sejumlah tempat beli oleh-oleh di Yogyakarta yang bisa menjadi pilihan bagi wisatawan saat hendak membeli buah tangan bagi keluarga atau teman.

Di tempat tersebut, wisatawan bisa menemukan aneka oleh - oleh khas Yogyakarta dengan harga terjangkau, mulai dari bakpia, batik, gerabah, kaos, perak, dan gudeg.

  • Sejarah Jalan Malioboro Yogyakarta, Bukan Sekadar Tempat Wisata
  • Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Kunjungi 10 Wisata Sejarah di Dekatnya

Tempat beli oleh - oleh di Yogyakarta

Berikut tempat beli oleh - oleh di Yogyakarta, seperti dihimpun Kompas.com

Tempat beli oleh - oleh di Yogyakarta paling populer adalah Pasar Beringharjo. Pasar yang dulunya bernama Pasar Gedhe ini memiliki nilai sejarah karena didirikan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I ketika membangun Keraton Yogyakarta.

Melansir dari laman Jogja Cagar, perubahan nama menjadi Pasar Beringhaijo terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII. Nama Beringharjo diambil dari kata bring dan harjo, karena lokasi pasar itu awalnya merupakan hutan beringan.

Wisatawan bisa menjumpai oleh-oleh Kota Yogyakarta lengkap, mulai dari batik, kuliner, pernak-pernik, pakaian, tas, dan sebagainya. 

Tidak jauh dari Pasar Beringharjo, wisatawan bisa menjumpai Teras Malioboro 1 dan 2. Keduanya merupakan tempat relokasi pedagang kaki lima (PKL) Jalan Malioboro.

Tidak diragukan lagi, Teras Malioboro adalah surganya oleh - oleh khas Kota Yogyakarta. Mulai dari batik, bakpia, pernak-pernik, pakaian, tas, dompet, sandal, sepatu, dan masih banyak lainnya.

Wisatawan juga bisa menjumpai aneka kuliner di Teras Malioboro, mulai dari gudeg, sate koyor, lotek, bakso, mi ayam, dan masih banyak lainnya.

Desa Wisata Kasongan adalah sentra kerajinan gerabah yang sudah kondang sampai mancanegara, seperti dilansir dari laman Indonesia Travel.

Jaraknya hanya sekitar 8 kilometer (km) dari pusat kota. Tepatnya di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan. Pengunjung akan disambut beragam hasil kerajinan dari gerabah, seperti kendi, guci, pot, perabotan rumah tangga, patung, dan lainnya yang dipamerkan di depan rumah-rumah penduduk.

Para perajin di Desa Wisata Kasongan tak hanya menghasilkan kerajinan gerabah dengan bentuk-bentuk tradisional klasik namun juga mengikuti tren.

Belakangan selain gerabah, di Kasongan juga mulai dikembangkan produk kerajinan dari material selain tanah liat seperti batok kelapa, bambu, rotan, kayu, batu, dan lain-lain. Jenisnya tak kalah beragam, berupa perabotan rumah tangga, karpet, hiasan, furnitur, tas, keranjang, dan pernak-pernik lainnya.

Kerajinan perak di Kotagede bisa menjadi alternatif oleh-oleh usai berlibur di Kota Yogyakarta. Wisatawan bisa menjumpai berbagai macam toko kerajinan perak di Kotagede, sehingga dijuluki sebagai Jewellery of Jogja

Mengutip Kompas.com (5/10/2015), keunikan kerajinan perak Kotagede dibandingkan daerah lainnya adalah ukiran yang khas. Produk kerajinan perak di Kotagade ini memadukan seni ukiran Jawa dengan lainnya, khususnya adalah desain ukiran Candi Prambanan.

Selain itu, kerajinan perak di Kotagede ini merupakan warisan turun temurun yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya kerajinan perak hanya dikhususkan untuk pesanan Keraton Yogyakarta, namun kemudian dikembangkan menjadi  industri kerajinan perak, seperti dilansir dari laman Kemenparekraf.

Dagadu Djokdja adalah merek produk kreatif asal Yogyakarta yang berdiri sejak 1994, seperti dikutip dari laman resminya

Wisatawan bisa membeli aneka produk Dagadu Djokdja di pusat perbelanjaan merek ini yang berlokasi di Jalan  Gedongkuning Selatan Nomor 128, Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. 

Berawal dari kaos, Dagadu Djokdja mengembangkan sejumlah produk lainnya seperti tas, sandal, dan lainnya.

Kampung Pathuk terkenal sebagai sentra bakpia yang merupakan oleh-oleh khas Yogyakarta. Lokasinya hanya berjarak 1,8 km dari Jalan Maliboro, tepatnya di Ngampilan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta.

Mengutip Kompas.com (2/2/2023), bakpia mulai diproduksi di Kampung Pathuk pada 1948, kemudian berkembang pada periode 1980-an. Seiring pertumbuhan wisatawan ke Yogyakarta, penjualan bakpia juga turut bertumbuh.

Warga Kampung Pathuk akhirnya mulai belajar membuat bakpia yang layak dijual kepada wisatawan. Untuk membedakan produk bakpia, mereka memberi nama sesuai dengan nomor rumah.

Jadi, tidak heran jika merek bakpia di Yogyakarta menggunakan angka. Akhirnya, Kampung Pathuk pun mulai dikenal sebagai sentra pembuatan bakpia.

Kampung Wijilan merupakan sentra gudeg, makanan khas Yogyakarta. Lokasinya berada di sebelah timur Alun-alun Utara Yogyakarta.

Melansir dari Arsip dan Perpustakaan Yogyakarta, Kampung Wijilan masih termasuk dalam lingkungan Keraton Yogyakarta atau disebut sebagai jeron beteng, yang menjadi tempat tinggal bagi abdi dalem. Para istri abdi dalem memiliki kemampuan memasak gudeg lantaran makanan yang terbuat dari nangka muda ini menjadi salah satu makanan khas keluarga keraton.

Keberadaan Kampung Wijilan sebagai sentra gudeg di Yogyakarta sudah ada sejak 1942. Pada waktu itu, seorang wanita bernama Bu Slamet berinisiatif mendirikan warung gudeg untuk pertama kalinya di daerah Wijilan.

Warung Bu Slamet kemudian disambut baik oleh masyarakat, sehingga muncul warung-warung gudeg lainnya. Wisatawan bisa mencicipi sekaligus membawa pulang gudeg sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.

Chocolate Monggo merupakan salah satu produk coklat asal Yogyakarta. Bagi pencinta coklat yang ingin mendapatkan pengalaman unik mengolah coklat, bisa mengunjungi Museum Monggo, atau Museum dan Pabrik Chocolate Monggo.

Lokasinya berada di Jalan Tugu Gentong, Sribitan, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Sembari belanja oleh-oleh coklat, wisatawan bisa menjajal pengalaman membuat coklat.

Melansir dari laman resminya, pengunjung bisa mengikuti setiap tahapan proses produksi, mulai dari biji hingga menjadi cokelat siap makan. Selain itu, wisatawan bisa membuat kreasi cokelat sendiri, atau mencicipi berbagai jenis minuman cokelat.

9. Pasar Klithikan 

Jika kamu ingin berburu barang antik dengan harga miring, maka kunjungilah Pasar Klithikan. Selain barang-barang antik, pasar ini juga menjual barang-barang bekas, sesuai dengan namanya Pasar Klithikan, yang berarti barang bekas dalam bahasa Jawa.

Meskipun barang bekas, namun kualitasnya masih bagus. Pengunjung bisa menjumpai barang-barang antik, pakaian bekas, buku, onderdil kendaraan, tas, dan lainnya.

Pasar yang berdiri pada 2007 ini berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto 34, Pakuncen, Yogyakarta. Meskipun identik menjual barang-barang bekas, tetapi Pasar Klithikan juga menjual barang baru

Desa Manding merupakan surganya para pencinta kerajinan kulit. Wisatawan bisa menjumpai aneka produk dari kulit seperti tas, sepatu, sandal, dompet, dan jaket kulit.

Ciri khas kerajinan kulit asal Manding adalah dibuat dengan teknik tatah timbul serta dijahit dengan menggunakan tangan, seperti dikutip dari Bantulpedia Pemerintah Kabupaten Bantul.

Jika ingin berkunjung ke Desa Manding, lokasinya berada di Sabdodadi, Kecamatan Bantul, Kota Yogyakarta. Jaraknya dari pusat kota sekitar 20 km atau 36 menit berkendara.

https://travel.kompas.com/read/2023/07/05/144500327/10-tempat-beli-oleh-oleh-di-yogyakarta-ada-sentra-produksi-bakpia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke