Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Motif Batik Khas Yogyakarta dan Maknanya 

KOMPAS.com - Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah mendunia serta diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. Batik lebih dari sekadar kain, karena setiap batik memiliki motif yang memiliki makna, serta mencerminkan kearifan lokal daerah asalnya.

  • Hari Batik Nasional, Ini 4 Tempat Belajar Membatik di Jakarta 
  • 5 Kota Batik di Indonesia, Di Mana Saja?

Yogyakarta, sebagai salah satu tempat berkembang batik, mempunyai batik dengan ciri khas yang mewakili nilai serta kearifan lokal Yogyakarta. 

Melansir dari situs Kraton Jogja, kelahiran batik gaya Yogyakarta dimulai dari peristiwa Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua. Setelah pembagian wilayah, seluruh batik Kerajaan Mataram menjadi milik Kesultanan Yogyakarta.

Sejak saat itu warisan batik gaya Kerajaan Mataram dipertahankan dan menjadi acuan serta standar bagi batik gaya Yogyakarta. Hingga sekarang, tidak terdapat perubahan kekhasan warna pada batik klasik Yogyakarta.

Kompas.com merangkum motif batik khas Yogyakarta dan maknanya, sebagai berikut:

Motif batik kawung berupa pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat, seperti dikutip dari situs Kraton Jogja. Motif batik kawung ini termasuk dalam batik larangan Keraton Yogyakarta, yakni motif batik yang penggunaannya terikat dengan aturan tertentu di Keraton Yogyakarta sehingga tidak semua orang boleh memakainya.

Pendapat lain mengatakan kawung menggambarkan bunga lotus atau teratai yang sedang mekar. Motif batik kawung bermakna empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.

Sementara, bunga lotus atau teratai melambangkan kesucian. Motif kawung juga sering diartikan sebagai biji kawung atau kolang-kaling, buah pohon enau atau aren yang sangat bermanfaat bagi manusia. Untuk itu, pemakai motif ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lingkungannya.

Motif batik ini, sebetulnya dibuat oleh Ratu Kencana, yang merupakan permaisuri Pakubuwana III dari Surakarta. Melansir dari Gramedia.com, ia membuat motif tersebut sebagai lambang ketulusan cinta tanpa syarat, abadi, dan tumaruntum (semakin tumbuh berkembang).

Oleh sebab itu, motif batik truntum ini biasanya digunakan oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Maknanya, adalah harapan orang tua agar kedua mempelai selalu  dipenuhi cinta kasih.

Motif tersebut bisa dikombinasikan dengan ragam hias lain, yaitu Truntum Pari, Trumtum Babon Angrem, dan Truntum Garuda.

Motif batik parang termasuk batik larangan Keraton Yogyakarta. Bahkan, pada masa  Sultan Hamengku Buwono VIII bertahta (1921-1939), motif parang dan variasinya menjadi batik larangan yang sangat ditekankan, seperti dikutip dari situs Kraton Jogja.

Sejumlah variasi batik parang antara lain, Parang Rusak Barong, Parang Rusak Gendreh, dan Parang Klithik.

Ada dua versi dalam pemaknaan motif batik parang ini. Rouffaer dan Joynboll mengatakan, motif ini berasal dari pola bentuk pedang yang biasa dikenakan para ksatria dan penguasa saat berperang.

Versi lain mengatakan, motif parang ini diciptakan Panembahan Senapati saat mengamati gerak ombak laut selatan yang menerpa karang di tepi pantai. Pola garis lengkungnyaa diartikan sebagai ombak lautan.

Komposisi miring pada motif parang ini juga menjadi lambang kekuasaan, kebesaran, kewibawaan, dan kecepatan gerak.

Motif batik semen juga termasuk dalam batik larangan Keraton Yogyakarta. Mengutip dari situs Kraton Jogja, semen diambil dari kata semi atau tumbuh.

Oleh sebab itu, motif batik semen memiliki makna kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta.

Ciri khas motif batik semen yakni, terdapat gambar lain, seperti gunung, garuda, sayap, candi, dan naga. Pemakai motif semen diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu melindungi bawahannya.

Motif batik ceplok mengadopsi bentuk buah kawung yang dibelah menjadi empat dan menunjuk ke empat arah. Motif batik ceplok kerap disebut sebagai batik ceplokan.

Motif batik ini, termasuk dalam jenis motif batik kuno, yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Polanya memiliki ciri khas bentuk dasar geometri, seperti persegi, oval maupun bintang, yang disusun melingkar sehingga menyerupai sekuntum bunga dengan pola simetris.

Makna motif batik ceplok adalah menggambarkan suratan takdir dan keteraturan kehidupan. Pemakai motif batik ceplok diharapkan menjalani hidup secara tenang dan teratur, sehingga dulunya banyak digunakan oleh aparatur pemerintah.

Terdapat sejumlah variasi motif batik ceplok, seperti motif batik ceplok kawung, ceplok kesatrian, ceplok Sriwedari, ceplok grompol, dan sebagainya.

https://travel.kompas.com/read/2023/10/01/234357727/5-motif-batik-khas-yogyakarta-dan-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke